Firman Hidup

Gideon: Kajian Alkitab (Hakim-hakim 6 dan 7) (PDF) Versi PDF



Gideon: Kajian Alkitab (Hakim-hakim 6 dan 7)



Alkitab, terutama Perjanjian Lama dipenuhi catatan tentang bagaimana Allah bekerja dalam kehidupan beberapa orang. Salah satunya adalah tentang Gideon. Artikel ini merupakan kajian Alkitab tentang kehidupannya.

Gideon: Latar belakang (Hakim-hakim 6:1-10).

Rentang waktu kisah ini adalah ketika bangsa Israel berada di bawah kepemimpinan hakim-hakim. Hakim terakhir sebelum Gideon adalah Debora, seorang wanita abdi Allah yang melalui kepemimpinannya “amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya” (Hakim-hakim 5:31). Namun keadaan yang aman ini tidak berlangsung selamanya. Hakim-hakim 6:1-6 mengatakan:

Hakim-hakim 6:1-6
Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya, dan selama itu orang Midian berkuasa atas orang Israel. Karena takutnya kepada orang Midian itu, maka orang Israel membuat tempat-tempat perlindungan di pegunungan, yakni gua-gua dan kubu-kubu. Setiap kali orang Israel selesai menabur, datanglah orang Midian, orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur, lalu maju mendatangi mereka; berkemahlah orang-orang itu di daerah mereka, dan memusnahkan hasil tanah itu sampai ke dekat Gaza, dan tidak meninggalkan bahan makanan apapun di Israel, juga domba, atau lembu atau keledaipun tidak. Sebab orang-orang itu datang maju dengan ternaknya dan kemahnya, dan datangnya itu berbanyak-banyak seperti belalang. Orang-orangnya dan unta-untanya tidak terhitung banyaknya, sekaliannya datang ke negeri itu untuk memusnahkannya, sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu.”

Setelah aman selama empat puluh tahun, orang Israel menjadi sangat melarat oleh karena perbuatan orang Midian itu. Teks di atas mengatakan bagaimana orang Midian menghancurkan segala milik orang Israel dan membuat mereka begitu sengsara, bahkan mereka “tidak meninggalkan bahan makanan apa pun di Israel, juga domba, atau lembu atau keledai” (Hakim-hakim 6:4). Namun, semua kesengsaraan dan bencana itu tidak terjadi tanpa sebab. Hakim-hakim 6:1 menjelaskan penyebabnya:

Hakim-hakim 6:1
“Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya.”

"Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN”. Itulah penyebab mereka mengalami kesengsaraan1, namun kesengsaraan itu juga membuahkan hasil yang positif. Memang demikian, seperti yang Hakim-hakim 6:6 katakan:

Hakim-hakim 6:6
“sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu. LALU [hasil dari kesengsaraan yang mereka alami] BERSERULAH ORANG ISRAEL KEPADA TUHAN.”

Karena penindasan yang mereka alami, orang Israel pun berseru kepada Tuhan. Sekali lagi, ini bukan pertama kalinya mereka berlaku demikian. Telah banyak kali mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan serta menyembah ilah-ilah palsu, lalu tatkala bencana mulai menerpa, mereka pun berbalik dan mencari Allah yang benar2. Hakim-hakim 6:7-10 menceritakan bagaimana respons Allah terhadap seruan mereka:

Hakim-hakim 6:6-10
“sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu. Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN. Ketika orang Israel berseru kepada TUHAN karena orang Midian itu, maka TUHAN mengutus seorang nabi kepada orang Israel, yang berkata kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang menuntun kamu keluar dari Mesir dan yang membawa kamu keluar dari rumah perbudakan. Aku melepaskan kamu dari tangan orang Mesir dan dari tangan semua orang yang menindas kamu, bahkan Aku menghalau mereka dari depanmu dan negeri mereka Kuberikan kepadamu. Dan Aku telah berfirman kepadamu: Akulah TUHAN, Allahmu, maka janganlah kamu menyembah allah orang Amori, yang negerinya kamu diami ini. Tetapi kamu tidak mendengarkan firman-Ku itu."

Sebagai respons terhadap seruan orang Israel, Allah mengutus seorang nabi yang menyampaikan Firman-Nya serta menegur orang Israel atas apa yang telah mereka perbuat. Namun, ini baru awalnya saja. Pada bagian selanjutnya, kita akan melihat apa yang kemudian Allah lakukan.

Gideon: pada mulanya (Hakim-hakim 6:11-35)

Setelah mengutus seorang nabi untuk menegur orang Israel, langkah kedua-Nya adalah mendatangi seorang yang bernama Gideon. Hakim-hakim 6:11-12 berkata:

Hakim-hakim 6:11-12
“Kemudian datanglah Malaikat TUHAN dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian. Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani."

Apabila kita membaca tentang malaikat yang mendatangi Gideon, janganlah membayangkan makhluk berambut pirang dan berpakaian putih yang terbang dengan dua sayap putih yang lebar. Malaikat seperti itu hanya ada dalam mitos dan imaginasi manusia saja. Sesungguhnya, tidak ada tulisan dalam Alkitab yang mengatakan bahwa malaikat itu bersayap, atau mengenakan pakaian putih atau rambut mereka pirang. Apa yang Alkitab katakan tentang malaikat adalah bahwa mereka itu adalah “roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan” (Ibrani 1:14).

Kembali ke pembahasan kita, perhatikan bagaimana Allah melalui malaikat-Nya, menyampaikan salam kepada Gideon. Dia memanggilnya “pahlawan yang gagah berani”, padahal Gideon hanyalah orang miskin yang sedang mengirik gandum sambil bersembunyi dari orang Midian. Namun, bagi Allah, Gideon adalah pahlawan yang gagah berani. Dalam ayat-ayat berikutnya kita akan melihat bahwa Gideon adalah seorang yang percaya dan patuh kepada Tuhan, dan ia taat melaksanakan semua yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Ayat-ayat selanjutnya menunjukkan bagaimana respons Gideon terhadap salam yang diucapkan oleh malaikat:

Hakim-hakim 6:13-14
“Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian." Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: "Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!”

Gideon mempertanyakan penyertaan Tuhan, ketika semua penindasan itu menimpa mereka. Sesungguhnya, bukan Tuhan yang tidak menyertai mereka, MELAINKAN MEREKA yang mengabaikan Tuhan. Sebagai respons terhadap pertanyaan Gideon, Allah memerintahkannya untuk bergerak maju, meyakinkannya bahwa dialah yang akan membebaskan orang Israel. “Bukankah Aku mengutus engkau!” kata Tuhan. Memang benar bahwa Tuhanlah yang mengutus Gideon. Misi ini bukan sesuatu yang diciptakan oleh Gideon. Gideon saat itu sedang mengirik gandum sambil bersembunyi dari orang Midian! Hakim-hakim 6:15-16 memperlihatkan bagaimana jawaban Gideon:

Hakim-hakim 6:15-16
“Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." Berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.”

Orang pada umumnya mau mengikuti seseorang yang telah berada pada posisi kepemimpinan, seperti raja atau jenderal. Tetapi, siapa yang mau mengikuti Gideon? Ia seorang yang tidak dikenal. Namun, sekali lagi Allah meyakinkan Gideon bahwa DIA akan menyertainya. “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.” Jadi, Gideon tidak punya alasan untuk takut. Namun Gideon masih ragu:

Hakim-hakim 6:17-24
“Maka jawabnya kepada-Nya: "Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku. Janganlah kiranya pergi dari sini, sampai aku datang kepada-Mu membawa persembahanku dan meletakkannya di hadapan-Mu." Firman-Nya: "Aku akan tinggal, sampai engkau kembali." Masuklah Gideon ke dalam, lalu mengolah seekor anak kambing dan roti yang tidak beragi dari seefa tepung; ditaruhnya daging itu ke dalam bakul dan kuahnya ke dalam periuk, dibawanya itu kepada-Nya ke bawah pohon tarbantin, lalu disuguhkannya. Berfirmanlah Malaikat Allah kepadanya: "Ambillah daging dan roti yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan kuahnya." Maka diperbuatnya demikian. Dan Malaikat TUHAN mengulurkan tongkat yang ada di tangan-Nya; dengan ujungnya disinggung-Nya daging dan roti itu; maka timbullah api dari batu itu dan memakan habis daging dan roti itu. Kemudian hilanglah Malaikat TUHAN dari pandangannya. Maka tahulah Gideon, bahwa itulah Malaikat TUHAN, lalu katanya: "Celakalah aku, Tuhanku ALLAH! sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan berhadapan muka." Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati." Lalu Gideon mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: TUHAN itu keselamatan.”

Di sini kita membaca Gideon meminta dan memperoleh tanda dari Tuhan untuk pertama kalinya. Namun ini bukan satu-satunya. Kita akan membaca bagaimana Gideon meminta tanda lainnya. Di antaranya yang paling terkenal adalah tanda bulu domba. Di bagian akhir dari pembahasan ini, kita akan membahas lebih jauh tentang tanda-tanda yang Gideon minta dan tentang apakah kita dapat meminta tanda kepada Tuhan. Sementara ini, kita harus mengerti satu hal yang penting yaitu bahwa sebelum meminta tanda, Gideon telah mengetahui kehendak Tuhan mengenai situasi yang ada. Ia tidak meminta tanda dengan tujuan menentukan apa kehendak Tuhan melalui tanda tersebut. Sebaliknya, ia meminta tanda untuk mengonfirmasikan apa yang telah Allah katakan kepadanya, apa yang telah diketahuinya sebagai kehendak Tuhan. Atas permohonan Gideon ini, Allah memberikan tanggapan yang positif, dengan memberikan kepada Gideon apa yang ia minta.

Komunikasi antara Tuhan dan Gideon berlanjut pada malam hari juga. Hakim-hakim 6:25-27 memaparkannya kepada kita:

“Pada malam itu juga TUHAN berfirman kepadanya: "Ambillah seekor lembu jantan kepunyaan ayahmu, yakni lembu jantan yang kedua, berumur tujuh tahun, runtuhkanlah mezbah Baal kepunyaan ayahmu dan tebanglah tiang berhala yang di dekatnya. Kemudian dirikanlah mezbah bagi TUHAN, Allahmu, di atas kubu pertahanan ini dengan disusun baik, lalu ambillah lembu jantan yang kedua dan persembahkanlah korban bakaran dengan kayu tiang berhala yang akan kautebang itu. "Kemudian Gideon membawa sepuluh orang hambanya dan diperbuatnyalah seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya. Tetapi karena ia takut kepada kaum keluarganya dan kepada orang-orang kota itu untuk melakukan hal itu pada waktu siang, maka dilakukannyalah pada waktu malam.

Allah memerintahkan Gideon untuk meruntuhkan mezbah Baal dan menebang tiang berhala yang di dekatnya. Seperti yang akan kita baca selanjutnya, keberadaan mezbah dan tiang berhala serta reaksi orang-orang yang marah ketika mereka melihat mezbah Baal dan tiang berhala dihancurkan (lihat Hakim-hakim 6:28-30), mengonfirmasikan bahwa kejahatan yang orang Israel lakukan di mata Allah adalah penyembahan berhala. Hal itu juga menunjukkan bahwa tidak semua orang Israel, melainkan hanya sebagian saja, yang kembali kepada Tuhan dan mencari Dia. Namun, oleh karena sebagian kecil orang-orang yang telah kembali kepada Tuhan, Tuhan pun mau membebaskan seluruh bangsa.

Setelah melihat bagaimana Allah datang kepada Gideon, setelah orang Israel berseru kepada-Nya dan bagaimana Allah memberitahukan kepada Gideon bahwa dialah yang akan membebaskan orang Israel, mari kita lihat apa yang terjadi selanjutnya:

Hakim-hakim 6:33-35
“Seluruh orang Midian dan orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur telah berkumpul bersama-sama; mereka telah menyeberang dan berkemah di lembah Yizreel. Pada waktu itu Roh TUHAN menguasai Gideon; ditiupnyalah sangkakala dan orang-orang Abiezer dikerahkan untuk mengikuti dia. Juga dikirimnya pesan kepada seluruh suku Manasye dan orang-orang inipun dikerahkan untuk mengikuti dia. Dikirimnya pula pesan kepada suku Asyer, Zebulon dan Naftali, dan orang-orang inipun maju untuk menggabungkan diri dengan mereka.”

Musuh-musuh orang Israel, “Seluruh orang Midian dan orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur” telah berkumpul di satu tempat. Pada saat seperti ini, Allah mendorong Gideon untuk mengirimkan pesan agar orang-orang Israel menggabungkan diri dan mengikuti dia. Perhatikan di sini bahwa pada saat seperti ini, Allahlah yang menggerakkan Gideon untuk sampai pada keputusan memulai pertempuran, dengan mendorongnya untuk memanggil orang-orang Israel untuk bergabung. Sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa Allah adalah perencana dari pertempuran dan Gideon adalah pelaksana dari rencana Allah. Tanpa Allah memberitahukan kepada Gideon apa yang harus ia lakukan, pastilah Gideon tidak tahu apa yang Allah ingin agar ia lakukan. Tanpa Gideon memercayai apa yang Allah perintahkan, maka kehendak Allah itu tidak akan dilaksanakannya. Oleh karena itu, keberhasilan seluruh operasi bergantung pada kerjasama antar Tuhan sebagai komandan dan Gideon sebagai pelaksana dari rencana Tuhan. Bukan Gideon yang memutuskan dan melaksanakan, tetapi Allah yang memutuskan dan Gideon yang melaksanakan. Prinsip ini sama, kapan pun kita ingin mengikuti kehendak Tuhan: Tuhanlah yang memberitahukan kepada kita apa kehendak-Nya —dan hal ini telah dilakukan-Nya melalui Firman-Nya yang tertulis atau melalui penyataan—dan kitalah yang harus berjalan sesuai dengan kehendak-Nya.

Gideon dan guntingan bulu domba (Hakim-hakim 6:36-40)

Setelah orang Israel menggabungkan diri dan mengikuti Gideon, kembali Gideon meminta Tuhan untuk memberinya tanda. Hakim-hakim 6:36-38 mengatakan:

Hakim-hakim 6:36-40
“Kemudian berkatalah Gideon kepada Allah: "Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, SEPERTI YANG KAUFIRMANKAN ITU, maka aku membentangkan guntingan bulu domba di tempat pengirikan; apabila hanya di atas guntingan bulu itu ada embun, tetapi seluruh tanah di situ tinggal kering, maka tahulah aku, bahwa Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan." Dan demikianlah terjadi; sebab keesokan harinya pagi-pagi ia bangun, dipulasnya guntingan bulu itu dan diperasnya air embun dari guntingan bulu itu, secawan penuh air. Lalu berkatalah Gideon kepada Allah: "Janganlah kiranya murka-Mu bangkit terhadap aku, apabila aku berkata lagi, sekali ini saja; biarkanlah aku satu kali lagi saja mengambil percobaan dengan guntingan bulu itu: sekiranya yang kering hanya guntingan bulu itu, dan di atas seluruh tanah itu ada embun." Dan demikianlah diperbuat Allah pada malam itu, sebab hanya guntingan bulu itu yang kering, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.”

Sayangnya peristiwa yang kita kenal sebagai “tanda bulu domba Gideon” yang digambarkan dalam ayat-ayat di atas telah banyak kali disalahpahami, sehingga banyak orang memakainya untuk membenarkan cara-cara mereka menentukan kehendak Tuhan melalui berbagai tanda. Sehingga, ada orang yang memutuskan apakah kehendak Tuhan misalnya dengan cara melempar koin. Ada juga yang membuka Alkitab sembarangan lalu menunjuk ayat yang ditemukan secara acak dan menganggapnya sebagai tanda dari Tuhan, atau berbagai cara yang lain. Namun, praktik-praktik seperti itu dengan mendasarinya atas “tanda bulu domba Gideon” adalah salah. Alasannya karena melalui tanda bulu domba, Gideon bukan sedang menentukan apa itu kehendak Tuhan. Sebaliknya, melalui bulu domba, Gideon ingin mengonfirmasikan apa yang telah diketahuinya sebagai kehendak Tuhan melalui penyataan. Jelas tertulis dalam Hakim-hakim 6:36: “Kemudian berkatalah Gideon kepada Allah: "Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan itu………” Anak kalimat “seperti yang Kaufirmankan” menunjukkan bahwa Gideon telah mengetahui apa kehendak Tuhan. Jadi, ia tidak meminta tanda dengan tujuan menentukan apa kehendak Tuhan melalui tanda itu. Sebaliknya, ia meminta tanda dengan tujuan mengonfirmasikan apa yang telah ia ketahui sebagai kehendak Tuhan. Hal penting lain mengenai tanda adalah bahwa tidak pernah tercantum satu pun bagian dalam Alkitab yang mengatakan bahwa Allah berkewajiban memberi tanda kepada kita setelah Ia memberitahukan kehendak-Nya baik melalui Firman-Nya yang tertulis maupun melalui penyataan. Bila kita tidak tahu apa kehendak Tuhan, kita harus berusaha mencari tahu. Apabila Dia belum menyatakannya di dalam Alkitab, kita harus menyelidiki Alkitab dan berdoa kepada Tuhan agar Ia menyatakannya kepada kita. Kita tidak boleh membatasi Tuhan atau menetapkan sendiri waktunya atau tipe jawaban Tuhan seperti apa yang kita inginkan. Allah tidak berkewajiban memberi kita jawaban yang paling kita sukai, juga tidak berkewajiban menjawab pada waktu yang kita tentukan. Sebaliknya, Allah berkewajiban, sesuai dengan natur sejati-Nya sebagai Allah yang mengasihi dan peduli, untuk memberi kita jawaban terbaik pada waktu yang terbaik menurut kehendak-Nya. Mengenai praktik meminta tanda, yang bisa kita katakan dengan pasti berdasarkan Firman Tuhan, adalah bahwa Tuhan pasti akan menolong kita untuk mengikuti kehendak-Nya (tentu saja sejauh kita mau mengikutinya). Namun, tak seorang pun dapat membatasi Dia dalam hal bagaimana cara Dia menolong kita. Dia bisa melakukan apa saja yang menurutnya adalah cara yang terbaik. Bila sesuatu adalah kehendak Tuhan, Tuhan akan memberikan dukungan sepenuhnya, bahkan apabila itu berarti membuat guntingan bulu domba tetap kering sementara tanah di sekitarnya basah, atau memberikan ayat-ayat pendukung melalui… cara tunjuk acak atau cara apa pun yang dibutuhkan demi menolong kita untuk percaya dan melakukan kehendak-Nya. Tak ada seorang pun dapat berkata bahwa Allah tidak menggunakan tanda-tanda untuk menolong kita agar mengikuti kehendak-Nya. NAMUN, ketika tanda-tanda ini diberikan, mereka bukan diberikan sebagai pengganti Firman Tuhan melainkan sebagai cara untuk mendukung agar kita percaya pada apa yang telah dinyatakan kepada kita sebagai kehendak Tuhan—baik melalui Alkitab atau penyataan.

Sedikit lebih jauh tentang tanda, saya percaya bahwa tanda terbesar tentang apakah sesuatu itu berasal dari Tuhan atau bukan, adalah dari bagaimana hal itu mengalir. Segala sesuatu yang berasal dari Tuhan mengalir sedemikian rupa sehingga sesuai dengan Firman Tuhan. Sebagaimana dikatakan dalam Amsal 10:22:

Amsal 10:22
“Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”

Juga seperti yang Efesus 3:20 katakan kepada kita mengenai Allah:
“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan”

Dan Yakobus 1:16-17 menambahkan:
“Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”

Segala sesuatu yang berasal dari Tuhan adalah ANUGERAH YANG SEMPURNA. Anugerah itu lebih banyak dari yang kita doakan dan pikirkan. TIDAK ADA SUSAH PAYAH DI DALAMNYA. Anugerah itu sempurna dalam jangka pendek, jangka menengah, juga jangka panjang. Sebaliknya, apa yang berasal dari Iblis, cepat atau lambat akan membuahkan hasil akhir yang sebaliknya, yakni air mata, kesakitan dan luka3. Pembahasan di atas sama sekali tidak bermaksud mengatakan bahwa apabila sesuatu itu disertai dengan penganiayaan, kemungkinan itu bukan berasal dari Tuhan. Firman Tuhan jelas mengatakan: “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan” (Yohanes 16:33). Namun, bahkan di tengah penganiayaan pun, penghiburan dan dorongan dari Tuhan akan selalu menyertai mereka yang mengikuti-Nya dan tak seorang pun dapat merampasnya dari kita.

Gideon: kekalahan orang Midian (Hakim-hakim 7)

Kembali kepada Gideon, setelah mukjizat guntingan bulu domba, ia pun dikuatkan. Namun, waktu pertempuran belumlah tiba. Setelah orang-orang Israel berkumpul dan mereka menghadapi kenyataan bahwa yang akan mereka hadapi adalah pasukan tentara yang sangat bear, Tuhan justru meminta agar Gideon mengurangi jumlah pasukannya! Hakim-hakim 7:1-2 berkata:

“Adapun Yerubaal--itulah Gideon--bangun pagi-pagi dengan segala rakyat yang bersama-sama dengan dia, lalu mereka berkemah dekat mata air Harod; perkemahan orang Midian itu ada di sebelah utaranya, dekat bukit More, di lembah. Berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: "Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku.”

Tuhan ingin menunjukkan kepada orang Israel bahwa DIALAH TUHAN, yang sanggup melepaskan orang Israel dari musuh yang tak terhitung jumlahnya. Maka, Dia memerintahkan kepada Gideon untuk mengurangi jumlah pasukannya. Hakim-hakim 7:3-8 mengatakan:

“Maka sekarang, serukanlah kepada rakyat itu, demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead." Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang. Tetapi TUHAN berfirman kepada Gideon: "Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka turun minum air, maka Aku akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, tetapi barangsiapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang tidak akan pergi." Lalu Gideon menyuruh rakyat itu turun minum air, dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Barangsiapa yang menghirup air dengan lidahnya seperti anjing menjilat, haruslah kaukumpulkan tersendiri, demikian juga semua orang yang berlutut untuk minum." Jumlah orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya, ada tiga ratus orang, tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya berlutut minum air. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: "Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu; tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya." Dari rakyat itu mereka mengambil bekal dan sangkakala; demikianlah seluruh orang Israel disuruhnya pergi, masing-masing ke kemahnya, tetapi ketiga ratus orang itu ditahannya. Adapun perkemahan orang Midian ada di bawahnya, di lembah.”

Akhirnya setelah melalui tahap seleksi yang dilakukan oleh Tuhan, hanya tersisa 300 orang. Melalui mereka Tuhan akan mengalahkan sepasukan besar bangsa Midian beserta sekutunya. Fakta bahwa sekalipun terdapat perbedaan besar dalam jumlah, pertempuran itu dipastikan akan dimenangkan oleh orang Israel, sesuai dengan apa yang Allah katakan kepada Gideon, karena memang itulah yang Tuhan firmankan: “Dengan ketiga ratus orang itu … akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu” (Hakim-hakim 7:7). Jadi, apabila Gideon percaya dan mengikuti petunjuk-petunjuk Tuhan, pertempuran itu akan dimenangkan oleh orang Israel, karena Tuhan telah menjanjikannya. Ternyata, bukan hanya Allah memberikan jaminan-Nya bahwa pertempuran itu akan dimenangkan oleh orang Israel, Ia pun kemudian menolong Gideon untuk memercayai janji ini, dan bergerak maju. Hakim-hakim 7:9-14 mengatakan:

Hakim-hakim 7:9-14
“Pada malam itu berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Bangunlah, turunlah menyerbu perkemahan itu, sebab telah Kuserahkan itu ke dalam tanganmu. Tetapi jika engkau takut untuk turun menyerbu, turunlah bersama dengan Pura, bujangmu, ke perkemahan itu; maka kaudengarlah apa yang mereka katakan; kemudian engkau akan mendapat keberanian untuk turun menyerbu perkemahan itu." Lalu turunlah ia bersama dengan Pura, bujangnya itu, sampai kepada penjagaan terdepan laskar di perkemahan itu. Adapun orang Midian dan orang Amalek dan semua orang dari sebelah timur itu bergelimpangan di lembah itu, seperti belalang banyaknya, dan unta mereka tidak terhitung, seperti pasir di tepi laut banyaknya. Ketika Gideon sampai ke situ, kebetulan ada seorang menceritakan mimpinya kepada temannya, katanya: "Aku bermimpi: tampak sekeping roti jelai terguling masuk ke perkemahan orang Midian; setelah sampai ke kemah ini, dilanggarnyalah kemah ini, sehingga roboh, dan dibongkar-bangkirkannya, demikianlah kemah ini habis runtuh." Lalu temannya menjawab: "Ini tidak lain dari pedang Gideon bin Yoas, orang Israel itu; Allah telah menyerahkan orang Midian dan seluruh perkemahan ini ke dalam tangannya."

Allah bukan hanya memberitahukan kehendak-Nya kepada Gideon, Dia pun berkali-kali menolong Gideon untuk memercayainya. Dan perhatikan cara ajaib yang Dia lakukan: Dia mengirim Gideon ke perkemahan musuh agar Gideon mendengar dengan telinganya sendiri seseorang yang sedang menggambarkan kemenangannya melawan bangsa Midian!!!! Ayat ke-15 menggambarkan hasil dari pertolongan Tuhan ini:

Hakim-hakim 7:15
“Segera sesudah Gideon mendengar mimpi itu diceritakan dengan maknanya, sujudlah ia menyembah. Kemudian pulanglah ia ke perkemahan orang Israel, lalu berkata: "Bangunlah, sebab TUHAN telah menyerahkan perkemahan orang Midian ke dalam tanganmu.”

Sesudah Gideon mendengar mimpi itu disertai dengan maknanya, Ia pun dipenuhi keyakinan bahwa Tuhan telah menyerahkan perkemahan orang Midian itu ke dalam tangannya.

Hakim-hakim 7:16-22
“Sesudah itu dibaginyalah ketiga ratus orang itu dalam tiga pasukan dan ke tangan mereka semuanya diberikannya sangkakala dan buyung kosong dengan suluh di dalam buyung itu. Dan berkatalah ia kepada mereka: "Perhatikanlah aku dan lakukanlah seperti yang kulakukan. Maka apabila aku sampai ke ujung perkemahan itu, haruslah kamu lakukan seperti yang kulakukan. Apabila aku dan semua orang yang bersama dengan aku meniup sangkakala, maka haruslah kamu juga meniup sangkakala sekeliling seluruh perkemahan itu, dan berseru: 'Demi TUHAN dan demi Gideon!'" Lalu Gideon dan keseratus orang yang bersama-sama dengan dia sampai ke ujung perkemahan itu pada waktu permulaan giliran jaga tengah malam, ketika penjaga-penjaga baru saja ditempatkan. Lalu mereka meniup sangkakala sambil memecahkan buyung yang di tangan mereka. Demikianlah ketiga pasukan itu bersama-sama meniup sangkakala, dan memecahkan buyung dengan memegang obor di tangan kirinya dan sangkakala di tangan kanannya untuk ditiup, serta berseru: "Pedang demi TUHAN dan demi Gideon!" Sementara itu tinggallah mereka berdiri, masing-masing di tempatnya, sekeliling perkemahan itu, tetapi seluruh tentara musuh menjadi kacau balau, berteriak-teriak dan melarikan diri. Sedang ketiga ratus orang itu meniup sangkakala, maka di perkemahan itu TUHAN membuat pedang yang seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu sampai ke Bet-Sita ke arah Zerera sampai ke pinggir Abel-Mehola dekat Tabat.”

Gideon mengikuti rencana yang berani untuk pergi berperang melawan sepasukan besar musuh, hanya bersama dengan 300 orang saja yang bersenjatakan….. sangkakala, obor, dan buyung, dan ia berhasil mengalahkan pasukan yang besar ini. Seandainya, ada yang bertanya mengapa ia memutuskan untuk berperang melawan orang Midian dengan cara seperti itu, jawaban yang pasti adalah karena Tuhan yang memerintahkannya. Kita tentu ingat bahwa Allahlah yang memberitahukan kepada Gideon bahwa ia akan melepaskan orang Israel. Allahlah yang memerintahkan Gideon untuk mengerahkan orang Israel dan Dialah juga yang memilih hanya 300 orang dari sepasukan besar orang Israel untuk maju berperang. Dia jugalah yang memerintahkan Gideon untuk mengikuti rencana-Nya setelah malam hari itu. Hasilnya adalah kemenangan besar bagi orang Israel. Seperti yang teks di atas katakan: “TUHAN membuat pedang yang seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu sampai ke Bet-Sita ke arah Zerera sampai ke pinggir Abel-Mehola dekat Tabat.” Ayat 23-25 menuliskan bagian akhir dari kemenangan besar orang Israel:

Hakim-hakim 7:23-25
“Kemudian dikerahkanlah orang-orang Israel dari suku Naftali dan dari suku Asyer dan dari segenap suku Manasye, lalu mereka mengejar orang Midian itu. Gideon menyuruh juga orang ke seluruh pegunungan Efraim dengan pesan: "Turunlah menghadapi orang Midian, dan dudukilah segala batang air sampai ke Bet-Bara, dan juga sungai Yordan." Maka semua orang Efraim dikerahkan, lalu mereka menduduki segala batang air sampai ke Bet-Bara, juga sungai Yordan. Mereka berhasil menawan dua raja Midian, yakni Oreb dan Zeeb. Oreb dibunuh di gunung batu Oreb dan Zeeb dibunuh dalam tempat pemerasan anggur Zeeb. Mereka mengejar orang Midian itu, lalu mereka membawa kepala Oreb dan kepala Zeeb kepada Gideon di seberang sungai Yordan.

Seperti yang kita baca, di bagian akhir pertempuran, orang Israel yang lain pun ikut berperang. Ayat 28 dalam pasal delapan menggambarkan besarnya kemenangan dan kelepasan yang Allah berikan kepada Israel melalui Gideon:

Hakim-hakim 8:28
“Demikianlah orang Midian tunduk kepada orang Israel dan tidak dapat menegakkan kepalanya lagi; maka amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya pada zaman Gideon.”

Ketika orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, dengan meninggalkan-Nya serta menyembah berhala, hasilnya adalah mereka mengalami penindasan dan kemelaratan yang mengerikan. Namun, ketika mereka kembali dan berseru kepada Tuhan untuk membebaskan mereka, Dia pun mengirimkan seorang nabi yang menegur mereka melalui Firman-Nya. Selain itu, Dia kemudian mengutus Gideon untuk menjadi pemimpin mereka. Gideon, sekalipun hanya seorang yang miskin dan tidak dikenal, mau melakukan apa yang Allah perintahkan, dan sebagai balasannya, Allah menolong Gideon dalam melakukan misinya untuk membebaskan orang Israel. Hasilnya adalah kelepasan luar biasa yang dialami oleh orang Israel dan keadaan yang aman selama bertahun-tahun selama Gideon hidup. Tentu saja, Gideon sendiri pun sangat diberkati. Seperti yang dikatakan dalam Hakim-hakim 8:29-32:

Hakim-hakim 8:29-32
“Lalu Yerubaal bin Yoas (Gideon) pergilah dan diam di rumahnya sendiri. Gideon mempunyai tujuh puluh anak laki-laki, semuanya anak kandungnya … Gideon bin Yoas mati pada waktu rambutnya telah putih, lalu dikuburkan dalam kubur Yoas, ayahnya, di Ofra kota orang Abiezer.”

Gideon hidup dengan tenang dan berumur panjang. Ia tidak perlu lagi menyembunyikan gandum dari musuh, namun hidup dalam damai bersama dengan keluarganya.

Gideon: kesimpulan

Sebagai kesimpulan: ketika manusia menyimpang dari Tuhan, penindasan dan bencanalah yang akan mereka alami. Namun, sekali pun mereka telah melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, Tuhan selalu siap untuk mengampuni dan membebaskan mereka apabila mereka kembali kepada-Nya.

Selain itu, ada hal lain yang diajarkan kepada kita melalui ayat-ayat yang telah kita baca, yakni bahwa ketika Allah memerintahkan sesuatu kepada kita, Dia pun bersedia menolong kita untuk melaksanakannya. Hal-hal lain seperti tanda, bilamana berasal dari Tuhan maka pastilah tanda itu sesuai dengan Firman Tuhan dan mendukung apa yang sudah dinyatakan kepada kita sebagai kehendak Tuhan. Allah telah memberikan kepada kita Firman-Nya serta manifestasi dari roh untuk menolong kita mengetahui kehendak-Nya. Bilamana kita membutuhkan pertolongan dalam perjalanan kita melakukan kehendak-Nya, maka pastilah kita akan mendapatkan pertolongan yang kita butuhkan. Saya tidak tahu bagaimana datangnya pertolongan itu. Namun saya tahu bahwa pertolongan itu pasti diberikan dan cukup bagi kita, sama seperti pertolongan yang dialami Gideon itu cukup baginya.

Anastasios Kioulachoglou



Catatan kaki

1. Sayangnya, ini bukan satu-satunya tempat dalam Alkitab, di mana tertulis anak kalimat “orang-orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan”. Masih banyak pernyataan serupa (sebagai contoh, lihat Hakim-hakim 2:11-15 4:1-2, 10:6, 13:1, 1 Raja-raja 11:6, Nehemia 9:28) yang semakin jelas menunjukkan bahwa kejahatan orang Israel adalah penyembahan berhala yang berlanjut kepada pengabaian terhadap Allah. Juga, jelas dari catatan di atas bahwa kejahatan seperti ini selalu diikuti oleh kehancuran, bencana dan penindasan.

2. Lihat sebagai contoh Hakim-hakim 3:7-9, 3:12-15, 4:3, 10:10, Nehemia 9:28.

3. Iblis pun dapat menghasilkan tanda, namun tanda palsu yang akan memimpin kita ke dalam perangkapnya. Itulah sebabnya, kita harus sangat berhati-hati dengan tanda. Yang menjadi panduan kita bukan tanda melainkan Firman Tuhan. Apa pun yang sesuai dengan Firman Tuhan berasal dari Tuhan. Dan apa pun yang berlawanan dengan Firman Tuhan berasal dari Iblis. Tanda hanya dapat dianggap sah apabila mendukung sebuah situasi yang mengalir dalam kesesuaian yang sempurna dan harmonis dengan Firman Tuhan. Bila tidak, maka tanda-tanda itu dapat dianggap tidak sah.