Firman Hidup

“Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah” (PDF) Versi PDF



“Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah”



Saya menyukai Galatia 3:23 sampai 4:7. Dalam ayat ke-23 dan 24, Paulus menjelaskan tentang apa peran dari hukum Taurat: yaitu sebagai penuntun sebelum iman datang. Ayat-ayat selanjutnya menjelaskan apa yang terjadi setelah iman datang:

Galatia 3:25-26
“Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun. Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.”

“Kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.”! Dengan memiliki iman di dalam Yesus Kristus yaitu percaya bahwa Ia adalah Anak Allah, Ia adalah Yang Diurapi, Ia adalah Mesias, kita pun menjadi anak-anak Allah, anak-anak-Nya laki-laki dan perempuan! Injil berarti kabar baik dan ini benar-benar KABAR BAIK! “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,” kata Paulus dan Silas kepada penjaga penjara di Filipi (Kisah Para Rasul 16:31). Dan ayat dalam Galatia tadi menambahkan: “Kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” Lebih jauh lagi Roma 10:9 menambahkan:

Roma 10:9
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.

Tentu saja, semua pengakuan ini bukan dimaksudkan sebagai pengakuan yang kosong, tetapi pengakuan yang benar dan sesungguhnya! Jadi mengakui Yesus sebagai Tuhan pertama-tama dan terutama Anda harus mengakui Dia sebagai Tuhan dan Tuan Anda dan Anda harus berusaha untuk hidup sesuai dengan apa yang Tuhan Anda inginkan.

Kembali ke Galatia, pasal 4 selanjutnya mengatakan:

Galatia 4:1-7
“Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya. Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.”

Ayat 6 dan 7, sekali lagi menyebut kita sebagai anak-anak Allah, anak-anak-Nya. Allah memateraikan ini dengan menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru Abba1 (Papa), Bapa! Telah seringkali saya membaca ayat-ayat ini namun setiap kali membacanya, hati saya selalu dipenuhi oleh sukacita yang besar. Namun ada satu hal dalam ayat-ayat tersebut yang pernah membingungkan saya, yakni penggunaan kata “adopsi” dalam ayat ke-5 (dalam terjemahan King James Version digunakan kata “diadopsi sebagai anak”, dan dalam ITB: “diterima sebagai anak”). Seperti yang kita tahu, anak adopsi tidak memiliki hubungan melalui kelahiran dengan orang tua yang mengadopsi mereka. Saya percaya kita semua setuju bahwa sekalipun indah sekali menjadi anak Allah, tetapi menjadi anak yang diadopsi, di mana Allah bukanlah orang tua yang melahirkan kita, terasa berbeda dengan menjadi anak yang dilahirkan oleh Dia. Oleh karena itu, di dalam artikel ini, saya ingin bersama-sama dengan Anda menyelidiki apa yang Firman Tuhan katakan tentang kita menjadi anak-anak Allah. Berikut ini beberapa pertanyaan yang akan kita selidiki jawabannya:

Bagaimana seseorang menjadi anak Allah?

Apa syaratnya?

Apakah kita menjadi anak Allah melalui kelahiran atau melalui adopsi?

Saya percaya di akhir artikel ini, kita akan mendapatkan jawaban yang jelas atas pertanyaan-pertanyaan di atas dari satu-satunya sumber yang sah yang sanggup memberi kita jawabannya, yakni dari Firman Allah sendiri.

Kata adopsi

Anak kalimat “diterima sebagai anak” yang digunakan di atas adalah terjemahan dari satu kata Yunani: yakni “υιοθεσία” (uiothesia). Kata ini terbentuk dari kata “uios” yang artinya anak dan “thesis” yang artinya penempatan. Jadi, “Uiothesia” berarti “penempatan sebagai anak”. Untuk semakin memahami maknanya di dalam Galatia 4 tersebut, mari kita melihat konteks pasal ini. Galatia 3:23-4:4 berbicara tentang anak-anak yang berada di bawah perwalian atau pengawasan. Anak-anak adalah ahli waris, namun karena belum cukup umur, mereka pada saat itu tidaklah berbeda dari hamba. Dengan kata lain, anak-anak itu, sekalipun mereka adalah anak, masih memiliki tempat seorang hamba.

Galatia 4:1-3
“Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya. Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, [Bahasa Yunani “nepioi”, anak-anak kecil yang belum bisa berbicara, sedikit lebih besar dari bayi — tidak sama dengan “uioi”, kata yang diterjemahkan sebagai “anak” dalam Galatia], kita takluk [Yunani: diperbudak] juga kepada roh-roh dunia.”

Galatia 3:1-2 memberi kita contoh tentang seorang ahli waris yang masih berada dalam perwalian dan pengawasan sampai saat yang ditetapkan oleh bapa. Selama ia masih berada dalam tahap ini, selama saat yang ditetapkan oleh bapa belum tiba, ia, sekalipun anak, masih memiliki tempat seorang hamba biasa. ”Demikian pula kita”, kata Galatia 4:3: sebelum tiba saat yang ditetapkan oleh Bapa, kita masih berada di tempat para hamba, kita takluk kepada roh-roh dunia. Ayat 4-5 mengatakan apa yang terjadi selanjutnya:

Galatia 4:4-5
Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita menerima uiothesia [penempatan kita sebagai anak].”

Kata “tetapi” yang memulai ayat ke-4 mengontraskan antara apa yang dikatakan sesudah kata tersebut dan sebelum kata tersebut. Seperti apa keadaan kita sebelumnya? Saat yang ditentukan oleh Bapa belum tiba; kita masih berada di tempat seorang hamba; kita masih diperbudak oleh roh-roh dunia; kita masih berada di bawah pengawasan wali dan pengawas. Namun, kata “TETAPI” menunjukkan adanya perubahan. Perubahan apa yang terjadi? Saatnya telah tiba, saat yang ditentukan oleh Bapa, telah tiba! Allah mengirimkan Anak-Nya, untuk menebus mereka yang berada di bawah hukum Taurat, dari yang tadinya memiliki tempat sebagai hamba, sekarang kita memperoleh tempat sebagai anak. Kita dapat melihat hal yang sama dinyatakan melalui ayat-ayat dalam Galatia 3:23-26.

Galatia 3:23-26
Sebelum iman itu datang, kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun. Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.”

Ada satu masa yaitu “sebelum iman datang”. Ini adalah masa atau saat ketika kita berada di bawah hukum Taurat, masa ketika kita berada di bawah pengawasan wali dan pengawas yang disebutkan dalam Galatia 4. Ini adalah masa ketika kita masih berada di tempat seorang hamba. Tetapi iman telah datang, saatnya telah tiba. Kristus datang! Kita tidak lagi di bawah wali, pengawas, atau hukum Taurat dan kita tidak lagi berada di tempat seorang hamba. Sebaliknya, kita sekarang memiliki tempat seorang anak.

Dengan kata lain, kata “uiothesia” yang dipergunakan dalam Galatia 4 dan diterjemahkan menjadi “diadopsi/ diterima sebagai anak”, akan lebih baik apabila diterjemahkan menjadi “penempatan kita sebagai anak”. Kata ini tidak dapat dipergunakan untuk mengatakan bahwa Allah adalah ayah angkat kita, seperti yang mungkin akan tersirat dalam terjemahannya. Sebaliknya, kata ini dipergunakan untuk menyatakan bahwa kita, dengan datangnya Tuhan Yesus Kristus, dengan datangnya iman, maka kita sekarang memiliki tempat yang berbeda. Dari yang tadinya memiliki tempat seorang hamba sekarang memiliki tempat seorang anak. Kata ini tidak berbicara tentang relasi kita dengan Allah dalam hal apakah kita diadopsi atau bukan, melainkan berbicara tentang tempat kita, apakah kita memiliki tempat seorang anak ataukah tempat seorang hamba.

Dilahirkan dari Allah — bukan diadopsi

Ayat-ayat dari Galatia di atas serta kata “uiothesia” yang dipergunakan di sana, jelas menunjukkan bahwa kita bukan anak yang diadopsi oleh Allah, dan hal itu dapat dibuktikan oleh banyak bagian lain dari Alkitab, yang semakin memperjelas bahwa kita ini bukanlah anak angkat Allah melainkan anak kandung Allah. Dimulai dari Yohanes 1:12:

Yohanes 1:12
“Tetapi semua orang yang menerima-Nya [Tuhan Yesus Kristus] diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya [Nama Yesus Kristus]”

Kata “anak-anak” di sini adalah τέκνα (tekna) yang dalam bahasa Yunani yang berarti “yang dilahirkan” (berasal dari kata τίκτω, melahirkan)2”. Kata tersebut “memberikan penekanan pada fakta tentang kelahiran3”. Ayat selanjutnya semakin memperjelas hal ini. Mari kita membacanya bersama-sama dengan ayat di atas:

Yohanes 1:12-13
“Tetapi semua orang yang menerima-Nya [Tuhan Yesus Kristus] diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya [Nama Yesus Kristus]; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

Dari siapakah anak-anak Allah lahir dalam ayat ke-12? Ayat ke-13 menjawab: mereka lahir dari Allah! Jadi, jelas sekali bahwa kita lahir dari Allah, kita diperanakkan dan bukan diadopsi, itulah relasi antara kita dengan Allah!

Dalam bagian Firman Allah berikutnya kita dapat melihat bahwa hubungan antara kita dengan Allah adalah hubungan melalui kelahiran dan bukan pengadopsian, sehingga secara harfiah Dia adalah Bapa kita, seperti yang terdapat dalam Yohanes 3:3-8. Di sana kita menemukan percakapan antara Yesus dan Nikodemus (seorang pengajar Yahudi) tentang KELAHIRAN yang kedua.

Yohanes 3:3-8
“Yesus menjawab [Nikodemus], kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali [tetapi bahasa Yunaninya adalah “dilahirkan dari atas”], ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali [dilahirkan dari atas]. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."

Yesus menjelaskan bahwa ada dua jenis kelahiran. Kelahiran yang pertama adalah dari air atau dari daging. Ini adalah kelahiran secara fisik dan semua orang yang pernah hidup di dunia ini pasti pernah dilahirkan dengan cara ini. Namun selain kelahiran ini, ada satu lagi kelahiran, yang sebagaimana Yesus jelaskan, merupakan prasyarat untuk seseorang dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Ini adalah “kelahiran dari atas”. Banyak penerjemah memadankan kata tersebut dengan “dilahirkan kembali”. Meskipun memang ini adalah kelahiran yang kedua, sehingga sah-sah saja menyebutkan dilahirkan kembali4, namun kata bahasa Yunani yang dipergunakan di sini adalah “dilahirkan dari atas”, yang merupakan ekspresi lain dari “dilahirkan dari Allah yang di atas”.

Di bagian sebelumnya dalam kitab Yohanes dikatakan bahwa mereka yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan lahir dari Allah. Di pasal ini, Allah berbicara tentang “dilahirkan dari atas”. Kedua pernyataan ini sama artinya dan menekankan sebuah fakta akan adanya KELAHIRAN yang kedua yang harus kita alami agar kita dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Ini adalah kelahiran dari Allah atau kelahiran dari atas atau dalam Yohanes 3, kelahiran atau dilahirkan dari Roh. Perhatikan kembali bahwa Firman Tuhan tidak berbicara tentang adopsi. Yesus tidak mengatakan bahwa kita harus diadopsi oleh Allah tetapi Ia mengatakan bahwa kita harus dilahirkan dari Allah. Kelahiran dari Allah inilah yang membuat kita menjadi anak-anak Allah dan memberi kita hak untuk memanggil-Nya Bapa kita (Abba). Tentu saja kita tetap bisa memanggil Bapa kepada seseorang yang mengadopsi kita, tetapi di sini jelas sekali dikatakan bahwa kita tidak diadopsi tetapi dilahirkan. Mari kita lanjutkan dengan melihat dalam surat Yohanes yang pertama. Di sana kita membaca:

I Yohanes 5:1
“Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya.”

Kita telah melihat sebelumnya dalam Injil Yohanes dan juga dalam Galatia bahwa seorang dapat menjadi anak Allah dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Di sini, pernyataan yang sama diulangi kembali. Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kritus, bahwa Dia adalah Yang Diurapi, bahwa Dia adalah Mesias, lahir dari Allah.

Kita dapat melihat kebenaran tentang kelahiran baru ini lebih jauh lagi, yaitu di dalam 1 Petrus 1:23:

I Petrus 1:23
“Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.”

Kembali Petrus di sini berbicara tentang sebuah kelahiran yang baru, kelahiran yang kedua, kelahiran yang dari Allah, seperti yang Yohanes bicarakan. Ini adalah kelahiran yang bukan berasal dari benih yang fana tetapi dari benih yang tidak fana, dan kelahiran ini terjadi melalui Firman Allah yang hidup dan kekal.

Serupa dengan 1 Petrus 1:23, 1 Yohanes 3:1-2 pun mengatakan bahwa:

I Yohanes 3:1-2
“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah;”

Sekarang kita adalah anak-anak Allah. Bukan besok, bukan pula ketika kita meninggal, tetapi SEKARANG!! Bagaimana caranya? Melalui iman di dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan kita, Anak Allah, Mesias. Ini bukan sesuatu yang dijanjikan untuk terjadi di masa depan. Ini adalah sebuah realitas yang terjadi sekarang dan tersedia bagi Anda sekarang! Sebagaimana Paulus katakan dalam II Korintus 6:2

II Korintus 6:2
“Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.”

“Menantikan pengangkatan kita sebagai anak” – Roma 8:23

Setelah memahami apa yang 1 Yohanes katakan bahwa kita sekarang — melalui iman di dalam Yesus Kristus — adalah anak-anak Allah, mari kita masuk ke Roma 8:23. Di sana kita membaca:

Roma 8:23
“Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak [uiothesia–penempatan kita sebagai anak], yaitu pembebasan tubuh kita.”

Mudah sekali untuk kita menjadi bingung ketika membaca ayat di atas, karena ayat itu seakan-akan mengatakan bahwa kita masih menantikan penempatan kita sebagai anak sementara Galatia mengatakan bahwa Yesus Kristus telah datang sehingga kita telah menerima penempatan kita sebagai anak dan Yohanes mengatakan bahwa kita SEKARANG adalah anak-anak Allah. Kunci untuk menghindari kebingungan ini ada pada kata “uiothesia”. Bila kita menerjemahkannya sebagai adopsi atau pengangkatan, seperti terjemahan bahasa Inggrisnya, maka kita pasti akan bingung. Adopsi mengandung unsur waktu sepasti waktu kelahiran. Ada waktu dan tanggal yang spesifik ketika kita dilahirkan untuk pertama kalinya (tanggal dan waktu yang tercantum dalam akte lahir kita) dan ada tanggal dan waktu yang pasti ketika kita dilahirkan untuk kedua kalinya (tanggal dan waktu ketika kita mengakui Tuhan Yesus dengan mulut kita serta percaya dalam hati kita bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati). Demikian pula, ada tanggal dan waktu yang pasti ketika seseorang diadopsi (tanggal dan waktu orang tua angkat menandatangani surat-surat pengangkatan). Jadi, apabila kita menerjemahkan kata “uiothesia” sebagai adopsi, maka waktu dan tanggal pengadopsian kita menurut Roma 8 masih belum tiba! Berarti, saat ini kita diadopsi pun belum, karena kita masih menantikannya. Kesalahmengertian seperti ini dapat terjadi karena menerjemahkan kata “uiothesia” sebagai adopsi. Terjemahan yang benar adalah “penempatan sebagai anak” dan untuk memahami artinya di sini, kita harus melihat pada konteksnya, dimulai dari ayat ke-18:

Roma 8:18-25
“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak [penempatan kita sebagai anak], yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.”

Merujuk kepada seluruh makhluk ciptaan, Paulus mengatakan bahwa seluruh makhluk telah ditundukkan kepada kesia-siaan. Seluruh makhluk berada dalam perbudakan kebinasaan. Segala makhluk mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin, rasa sakit yang teramat berat! Dan, segala makhluk berarti termasuk juga kita yang telah menerima KARUNIA SULUNG Roh! Kita juga mengeluh dalam hati kita, menantikan sesuatu yang lebih baik, yakni pembebasan tubuh kita, saat ketika Allah datang kembali dan mengubah tubuh yang fana dan lemah ini menjadi tubuh yang tidak fana dan tidak dapat binasa seperti tubuh-Nya. Kita mengeluh dan menantikan saat di mana kita akan bertemu dengan-Nya muka dengan muka. Sebagaimana Paulus katakan:

I Korintus 13:12
“Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”

Ada “sekarang” dan ada “nanti”. Sekarang kita melihat dalam cermin tetapi NANTI kita akan melihat muka dengan muka! Sekarang kita hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi NANTI kita akan mengenal dengan sempurna sama seperti kita sendiri dikenal! Sekarang seluruh makhluk mengeluh dan kita pun mengeluh di dalam hati kita tetapi NANTI makhluk itu akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan! Sekarang kita telah menerima karunia SULUNG Roh, yang berarti akan ada suatu masa, yaitu NANTI, saat kita akan menerima kepenuhannya! Sekarang kita adalah anak-anak Allah, lahir dari Allah, anak-anak dari Allah yang Maha Tinggi, saudara-saudari Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana Dia sendiri memanggil kita dalam Ibrani 2:11-12, namun ini belum penempatan sepenuhnya. Penempatan penuh kita sebagai anak, adalah ketika kita berjumpa dengan-Nya muka dengan muka, ketika kita mengenal Dia dengan sempurna seperti kita sendiri dikenal. Jadi, benar bahwa kita telah ditempatkan sebagai anak-anak Allah sekarang, tetapi juga benar bahwa masih ada yang akan terjadi setelah ini! Dan benar bahwa kita telah menerima karunia sulung Roh sekarang, tetapi juga benar bahwa itu baru karunia yang sulung, yang artinya masih ada karunia yang lain. Kapan kita akan menerimanya? Ketika Allah datang kembali! Ketika segala makhluk dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan; ketika kita melihat-Nya muka dengan muka! Ketika pertunangan dengan Kristus (2 Korintus 11:2) berubah menjadi perkawinan (Wahyu 19).

Kita akan menutup artikel ini dengan Roma 8:14-17

Roma 8:12-17
“Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang uiothesia [menempatkan kamu sebagai anak]. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”

Oleh iman, kita menjadi anak-anak Allah dan kita menerima Roh Kudus. Dengan berjalan di dalam Roh, dengan dipimpin oleh Roh, kita adalah anak-anak Allah dalam manifestasinya. Dengan kata lain: Apakah kita benar-benar anak Allah atau bukan dapat terlihat dari bagaimana cara kita hidup. Anak-anak Allah yang sejati adalah mereka yang dipimpin oleh Roh Allah. Di sini terdapat hubungan yang erat, yang terlihat juga di seluruh Perjanjian Baru, antara iman dan mempraktikkan iman. Iman yang sejati selalu tampak dari perbuatan yang dilakukan, dari buah yang dihasilkannya. Yakobus mengatakannya dengan sangat jelas:

Yakobus 2:17-18
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."

Kita tidak diselamatkan oleh karena melakukan perbuatan baik tetapi oleh karena iman. Namun bila iman kita adalah iman yang sejati, itu akan selalu tampak dari perbuatan kita tatkala kita mematuhi Allah dan Firman-Nya. Kata kuncinya adalah mempraktikkan (melakukan apa yang biasa dan terutama kita lakukan). Seseorang pastilah bukan orang percaya yang sejati, atau anak Allah yang sejati apabila ia mempraktikkan cara hidup yang melanggar hukum (melakukannya sebagai sebuah kebiasaan, sebagai gaya hidupnya). Di sini kita tidak berbicara tentang satu dosa tertentu. Yang kita bicarakan di sini adalah tentang mempraktikkan (menjalankan cara hidup yang berdosa sebagai sebuah kebiasaan, sebagai gaya hidup). Demikian pula, mereka yang hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus, mereka yang menjalankan hidupnya sesuai dengan iman yang mereka akui, merekalah anak-anak Allah yang sejati. Sebagai penutup, inilah yang Paulus katakan:

Galatia 5:25
“Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,

Anastasios Kioulachoglou

 



Catatan kaki

1. Sebagaimana kamus Vine katakan: “Abba adalah kata dalam bahasa Aram… merupakan kata yang terbentuk dari bibir bayi yang menyatakan rasa percaya yang polos dan sepenuhnya; [sementara itu] panggilan “Bapa” mengekspresikan pengertian mengenai relasi yang lebih inteligen” (Vine’s dictionary, hal 11). Sumber lain mengatakan: “Menurut para Rabi: Seorang anak kecil belajar mengatakan ’abbā’ (papa) dan ’immā’ (mama).” Abba artinya papa. Papa adalah kata yang biasanya kita ucapkan ketika memanggil ayah duniawi kita. Papa dan Bapa bermakna sama tetapi Abba adalah kata yang lebih intim. Itulah kata yang digunakan anak-anak ketika ia memanggil bapanya. Dan Allah tidak ingin membatasi anak-anak-Nya untuk memanggil Dia “Bapa,” tetapi Ia ingin agar bagi kita, Dia adalah Abba, Papa, Ayah kita. Kata ini sendiri menunjukkan betapa Ia rindu memiliki relasi yang pribadi, intim dan nyata dengan anak-anak-Nya.

2. E.W. Bullinger, A critical Lexicon and concordance to the English and Greek New Testament, Zondervan Publishing House, p. 148.

3. Vine’s Expository dictionary, p. 189.

4. Firman Tuhan juga menggunakan istilah “dilahirkan kembali”, seperti yang akan kita lihat dalam 1 Petrus.