Firman Hidup

Buah: seperti apakah kehidupan kristiani sesungguhnya (PDF) Versi PDF



Buah: seperti apakah kehidupan kristiani sesungguhnya



Seperti apakah kehidupan kristiani sesungguhnya? Kehidupan kristiani sesungguhnya adalah tentang mengenal Allah dan Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus dan tentang menghasilkan buah. Dalam Injil Yohanes, Yesus berkata:

Yohanes 15:16
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.”

Juga Paulus berkata dalam Roma 7:4 :
“Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.”

Dalam perumpamaan penabur, Yesus berbicara tentang empat kategori orang yang mendengar Firman. Kategori kedua dan ketiga adalah mereka yang tidak berbuah, dan kategori terakhir, yang mendapatkan pujian adalah mereka yang “mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."(Matius 13:23).

Jadi apa yang Allah inginkan dalam kehidupan orang-orang kristiani bukan hanya mereka percaya tetapi tidak berubah, atau hanya menjadi pohon yang sama atau hanya menghasilkan buah yang sama seperti yang mereka hasilkan sebelumnya. Apakah kehidupan kita berbuah atau tidak adalah hal yang sangat penting bagi Allah. Saya ingin ulangi hal ini: Allah tidak ingin agar kehidupan kita mengalir begitu saja. Allah telah menciptakan masing-masing kita sebagai ciptaan yang khusus, Dia telah memberi ANDA karunia, ya ANDA, Ia telah memberi Anda karunia secara khusus dan Ia mengutus Anda untuk melakukan satu hal: pergi dan hasilkanlah buah. Kita akan belajar bagaimana hal ini dapat dilaksanakan, namun camkanlah ini terlebih dahulu di benak Anda: Allah telah memberikan karunia khusus kepada setiap anak-Nya, dari yang paling muda hingga yang paling tua, dari yang paling miskin hingga yang paling kaya, dari yang buta huruf hingga yang paling berpendidikan. Dia telah memberi mereka karunia secara unik dan khusus dan ingin agar mereka menghasilkan banyak buah. Inilah yang Allah inginkan, kembali lagi dalam Yohanes 15.

Yohanes 15:8
Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak

dan Yohanes 15:1-2
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya…..setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.”

Allah Bapa bersukacita apabila anak-anak-Nya menghasilkan buah. Perhatikan bagaimana Ia memberikan perawatan khusus dengan cara memangkas dan membersihkan ranting-ranting yang berbuah sehingga mereka lebih banyak lagi berbuah! Allah Bapa tidak menginginkan ranting-ranting anggur biasa … Dia menginginkan ranting-ranting yang BERBUAH LEBAT, ranting-ranting yang berbuah selebat dan semaksimal mungkin. Hari ini banyak orang kristiani yang senang duduk bersantai dalam pertemuan-pertemuan, menunggu orang lain untuk “menjadi pelaksana” bagi mereka; menunggu seseorang yang “profesional” karena mereka menganggap diri mereka bukan “profesional”. Tetapi, Petrus dan murid-murid yang lain — yang kebanyakan adalah nelayan — pada abad pertama itu, sama sekali bukan para “profesional”. Mereka bukan lulusan seminari, juga tidak perlu masuk seminari terlebih dahulu! Satu-satunya gelar yang mereka miliki adalah dalam hal menangkap ikan! Ada pula orang-orang kristiani yang sekalipun sudah percaya, namun tidak tampak adanya perubahan dalam hidup mereka. Tetapi, kehidupan kristiani tanpa perubahan hidup, kehidupan kristiani tanpa berbuah, sama sekali bukan kehidupan seorang kristiani! Kehidupan kristiani yang sejati selalu seiring dengan kehidupan yang berbuah. Dengan kata lain: kehidupan yang tidak menghasilkan buah sama sekali bukan kehidupan kristiani. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa orang-orang kristiani yang penuh semangat serta kegairahan bagi Tuhan dan Firman-Nya tidak akan berbuat kesalahan. Mereka bisa saja berbuat kesalahan! Namun, seorang kristiani yang dipenuhi kerinduan untuk memuliakan Tuhan akan menolak bujukan kebanyakan orang untuk “ayo ikuti arus saja…. cukuplah datang ke gereja pada hari Minggu, duduk di bangku gereja, menyanyikan puji-pujian dan mendengarkan khotbah, lalu pulang dan melupakannya sampai hari Minggu berikutnya”. Orang-orang kristiani yang penuh hasrat bagi Tuhan tidak mau berkompromi. Mereka tidak berpuas diri. Pandangan mereka ditujukan kepada Allah dan mereka rindu untuk bertumbuh di dalam Dia. Mereka ingin semakin dekat dan semakin dekat lagi dengan Dia dan Putra-Nya. Mereka ingin memanisfestasikan Kristus sebanyak mungkin dalam hidup mereka. Orang-orang kristiani yang dipenuhi hasrat bagi Tuhan akan memiliki kerinduan yang besar untuk berbuah dan memiliki visi bagi Kristus. Dan inilah yang Allah inginkan, Dia ingin Anda menjadi orang kristiani yang seperti itu. Dia ingin Anda menjadi SEORANG KRISTIANI YANG DIPENUHI HASRAT, atau dengan kata lain, seorang kristiani yang dipenuhi semangat bagi Tuhan; seorang kristiani yang berapi-api, bukan suam-suam kuku (Wahyu 3:15). Menjadi ranting yang berbuah lebat, subur dan menghasilkan buah hingga semaksimal potensinya. Seperti inilah kehidupan kristiani sesungguhnya.

Buah: Apa maksudnya?

Secara sederhana, yang dimaksud dengan buah adalah kehidupan yang berubah, kehidupan yang berpusat kepada Kristus, kehidupan di mana kita telah mati bagi diri kita sendiri sehingga Kristus hidup melalui hidup kita (Galatia 2:19-20); kehidupan yang diupayakan sekuat tenaga untuk memuaskan hati Tuhan dan bukan diri kita atau orang lain. Kehidupan yang tema sentralnya, fokusnya dan prioritasnya adalah Allah. Mari kita lihat apa yang Kitab Suci katakan:

Galatia 5:22-25
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.”

Arti hidup oleh Roh di sini adalah hidup seorang manusia baru, dengan Kristus di dalam kita. Hidup manusia baru adalah hidup yang menghasilkan buah seperti yang dituliskan dalam ayat-ayat di atas, memiliki karakter manusia baru, seperti karakternya Kristus. Dan dalam Efesus 2:10 kita membaca:

Efesus 2:10
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

Allah telah menyiapkan pekerjaan baik yang harus kita jalani; Dia telah memberi kepada setiap kita karunia-Nya secara unik, seperti sebuah pohon yang ditanam dan ditentukan untuk menghasilkan buah. Yang harus kita lakukan hanyalah melakukan pekerjaan yang telah Allah persiapkan bagi kita. Dengan melakukan pekerjaan yang telah Allah persiapkan ini kita ditentukan untuk menyenangkan hati Bapa dan menghasilkan buah. Selain itu, 1 Petrus 4:7-11 menyatakan kepada kita bahwa:

1 Petrus 4: 7-11
“Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab “kasih menutupi banyak sekali dosa.” Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut. Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.”

Dalam ayat-ayat di atas, ada beberapa hal yang diminta untuk kita “lakukan.” Kuasai diri dan jadilah tenang supaya bisa bisa berdoa. Kasihilah dengan sungguh-sungguh seorang akan yang lain. Berilah tumpangan tanpa bersungut-sungut. Perhatikan juga di dalam ayat-ayat tersebut dikatakan bahwa setiap orang telah menerima karunia dari Tuhan. Tuhan telah memberi kepada masing-masing anak-Nya karunia yang unik. Sama seperti setiap bagian dari tubuh kita adalah unik dan ditempatkan dalam tubuh kita dengan fungsi yang khusus: kita pun telah ditempatkan oleh Tuhan di dalam tubuh Kristus, di tengah jemaat-Nya, dan kita telah diberi karunia khusus untuk menjalankan fungsi kita di sana (1 Korintus 12:12-27). Dan, satu hal penting yang Petrus katakan di sini, yaitu FUNGSI! Allah tidak memberi karunia-Nya kepada orang-orang tertentu saja; Ia tidak memberi karunia hanya kepada pendeta Anda. Bagian Firman Tuhan di atas tidak merujuk kepada sekelompok orang tertentu dalam komunitas kristiani. Sebaliknya, ayat-ayat di atas merujuk kepada semua orang kristiani, termasuk Anda! Perhatikan juga perkataan “layanilah seorang akan yang lain”. Karunia ini bukan untuk digunakan bersantai-santai. Karunia itu diberikan agar kita melayani seorang akan yang lain. Saya melayani Anda, Anda melayani saya. Dewasa ini kita menggunakan kata “melayani” untuk menggambarkan seseorang yang memiliki peran religius, sehingga pendeta dalam komunitas orang percaya sering disebut sebagai “pelayan Tuhan”. Apakah dia adalah satu-satunya orang yang harus melayani, sementara yang lain, karena tidak memiliki jabatan pendeta atau pastor atau rohaniwan, menjadi orang yang harus dilayani, dan tidak perlu melayani? Tampaknya inilah gagasan yang secara implisit maupun eksplisit telah tertanam dalam-dalam di benak banyak orang. Namun, gagasan seperti ini bukan berasal dari Allah, bukan pula berasal dari Kitab Suci! Alkitab mengajarkan bahwa setiap kita telah diberi karunia khusus dan telah secara khusus ditempatkan oleh Dia di dalam tubuh Kristus. Tidak ada istilah rohaniwan dan bukan rohaniwan dalam Alkitab. Alkitab justru mengatakan bahwa kita semua adalah para imam bagi Allah. Lihat betapa indah cara Petrus mengungkapkannya:

1 Petrus 2:9
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”

dan 1 Petrus 2:5
“Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.”

Setiap orang diharapkan untuk berfungsi melalui karunianya dengan melayani satu kepada yang lain. Apa yang 1 Petrus 4:7-11 katakan kepada kita adalah agar kita menyibukkan diri dengan menggunakan apa yang telah Allah karuniakan kepada kita. Fokuskan diri pada karunia Anda dan layanilah sesuai dengan karunia yang Anda miliki. Tidak penting apakah Anda memiliki “jabatan kerohanian” tertentu atau tidak, karena sebenarnya Anda punya! Ini adalah sebuah fakta! Dan apa yang Petrus katakan adalah, bekerja keraslah untuk menggunakan karunia Anda, sibukkanlah diri Anda untuk melayani sesuai dengan karunia Anda.

Namun untuk menghindari kesalahpahaman, ingatlah bahwa sebelum melayani dengan menggunakan karunia yang Allah berikan, kita harus terlebih dahulu memiliki relasi yang hidup dengan Tuhan Yesus Kristus. Sebagaimana dikatakan dalam Filipi 1:9-11:

Filipi 1:9-11
“Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.”

Buah-buah kebenaran “yang dikerjakan oleh Yesus Kristus” bukan oleh kekuatan kita. Sebagai tambahan, hasilnya adalah kemuliaan dan pujian bagi Allah. Sebagaimana dijelaskan oleh Yesus dalam Yohanes 15, bahwa Dia adalah pokok anggur dan kita adalah ranting.

Yohanes 15:4-5, 8
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa…. “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

Untuk dapat menghasilkan buah, kita harus terlebih dahulu tinggal di dalam pokok anggur. Pokok Anggur itu bukan kita. Kristuslah pokok anggurnya! Kita adalah ranting-ranting. Mustahil bagi ranting untuk menghasilkan buah, kecuali ia menempel atau tinggal pada pokok anggur. Demikian juga dengan kita: kesatuan kita dengan Kristuslah yang dapat membuat kita, para ranting, menghasilkan buah. Dalam hal ini, ranting hanyalah sebuah jalan untuk pokok anggur menghasilkan buah. Apabila kita tinggal di dalam Kristus, Dia akan dimanisfestasikan melalui kita; Pokok Anggur akan hidup melalui kita dan menghasilkan buah. Jadi pelayanan dan pelaksanaan pekerjaan baik yang telah Allah persiapkan bagi kita haruslah didahului oleh relasi yang dekat dan intim dengan Allah yang hatinya ingin kita senangkan. Fokus kita bukan terletak sepenuhnya pada pekerjaan baik itu sendiri tetapi kepada Kristus, dan melalui kesatuan kita dengan Kristus, melalui kita tinggal di dalam Kristus, melalui “pekerjaan Yesus Kristus” seperti yang Filipi katakan, buahpun dihasilkan.

Sedikit lebih jauh dari ini, Kristus berbicara tentang nabi palsu, dan Dia berkata bahwa kita dapat mengenal mereka dari buahnya.

Matius 7:15-20
”Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.”

Firman Tuhan berbicara tentang nabi-nabi palsu (Matius 7:15), mesias-mesias palsu (Matius 24:24), rasul-rasul palsu (2 Korintus 11:13), saudara-saudara palsu (Galatia 2:4, 2 Korintus 11:20), guru-guru palsu (2 Petrus 2:1), juga pekerja-pekerja curang (2 Korintus 11:13). Ada cara untuk mengenali orang-orang seperti ini yaitu dari buahnya! Buah yang baik hanyalah yang dihasilkan karena “dikerjakan oleh Yesus Kristus.” Pohon apa pun selain itu, meskipun mungkin saja berbicara tentang Allah atau bahkan Kristus, hanya dapat menghasilkan buah yang palsu.

Oleh karena itu, saya ingin mendorong Anda untuk dengan segenap hati berusaha mengenal Allah; dipenuhi kegairahan untuk bertumbuh dalam relasi Anda dengan Allah yang hidup dan untuk bekerja keras melakukan apa pun yang telah Ia persiapkan bagi Anda. Disebut sebagai buah Roh karena pohonnya adalah Roh, natur yang baru, Kristus di dalam kita. Tinggallah di dalam Kristus karena hanya orang yang tinggal di dalam Kristus dan Kristus tinggal di dalam dia, yang dapat menghasilkan sesuatu, yaitu menghasilkan: banyak buah!

Buah: pemangkasan

Saya tidak tahu banyak tentang berkebun, namun yang saya pelajari di sekolah adalah agar tanaman dapat menghasilkan banyak buah, diperlukan pemangkasan dari waktu ke waktu. Namun ini bukan definisi yang lengkap. Mengecek di internet, saya menemukan definisi berikut dari Wikipedia (lihat: http://en.wikipedia.org/wiki/Pruning):

“Pemangkasan dalam berkebun atau pekerjaan pertamanan adalah kegiatan membuang dari tanaman bagian-bagian yang berpenyakit, tidak produktif atau tidak diinginkan. Tujuan dari pemangkasan adalah untuk menyehatkan tanaman dengan cara mengontrol atau mengatur pertumbuhan tanaman, mempertahankan kesehatan tanaman, atau meningkatkan kualitas bunga atau buahnya. Pemangkasan yang tepat membutuhkan keterampilan tertentu yang lebih merupakan seni, karena tanaman yang dipangkas secara salah akan menjadi tanaman yang berpenyakit atau tumbuh tidak sesuai dengan yang diinginkan.”

Setiap tanaman perlu pemangkasan. Setiap tanaman membutuhkan seorang petani yang akan memangkas dan mengatur pertumbuhannya sesuai dengan yang diinginkannya; setiap tanaman membutuhkan seseorang yang akan merawat kesehatannya, membuang bagian-bagiannya yang berpenyakit dan membersihkannya sehingga ia bisa menghasilkan lebih banyak buah. Demikian juga halnya dengan kita sebagai ranting-ranting dari Pokok Anggur yaitu Yesus Kristus. Kita juga perlu pemangkasan, dan syukurlah: kita mempunyai seorang petani yang akan merawat kita! Kembali Yohanes 15 mengajarkan kepada kita:

Yohanes 15:1-2
"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

Allah Bapa kita yang melakukan pemangkasan. Sekali lagi ingatlah, pemangkasan adalah suatu kebutuhan, suatu keharusan! Kita tidak dapat bertumbuh tanpanya! Tetapi syukurlah, kita mempunyai seseorang yang akan melakukannya: Allah Bapa kita. Dia mengawasi sama seperti yang dilakukan seorang petani yang baik dan teliti dan Dia campur tangan, mengarahkan pertumbuhan kita, membuang hambatan-hambatan kita dan membersihkan kita sehingga kita dapat menghasilkan lebih banyak buah! Luar biasa sekali bukan?! Menghasilkan buah adalah tentang kita tinggal di dalam Kristus. Menghasilkan lebih banyak buah, hingga maksimal, adalah tugas Allah Bapa, yaitu dengan cara memangkas kita. Tugas kita adalah tinggal di dalam pokok anggur dan tugas Bapa adalah melakukan pemangkasan yang diperlukan untuk menambah produktifitas kita.

Saya percaya Ibrani 12:11 bermaksud mengatakan hal yang sama namun dengan menggunakan kata-kata berbeda. Di sana kita membaca:

Ibrani 12:11
“Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”

Di sini, penulis berbicara tentang ganjaran dan seperti yang ia katakan, setiap ganjaran pada waktu diberikan tidaklah mendatangkan sukacita. Sebaliknya ganjaran pada saat diberikan pastilah terasa menyakitkan! Saya percaya demikian pula halnya dengan pemangkasan. Ketika petani melakukan pemangkasan, ia harus memotong bagian-bagian dari tanaman. Ia harus membuang bagian-bagian yang sudah mati, bagian yang menyerap makanan namun tidak bermanfaat. Memangkas berarti ada sesuatu yang harus dipotong! Sesuatu yang tadinya normal namun tidak normal lagi sekarang. Petani harus melakukan tindakan dan memotongnya. Ganjaran pun sama bukan? Kita mengganjar anak-anak kita dan kita memangkas tanaman kita. Keduanya dilakukan untuk tujuan yang sama: untuk mendidik anak-anak agar menjadi lebih baik; untuk membuat tanaman menghasilkan lebih banyak buah. Dan ketika Allah mengganjar anak-anak-Nya, pada saat ganjaran itu diberikan, kita mungkin merasa kesakitan, namun, bagi mereka yang dapat mengambil pelajaran, tidak ada yang lain yang dihasilkan dari ganjaran itu selain dari BUAH, buah kebenaran yang menghasilkan damai, seperti yang Ibrani katakan. Biar bagaimana pun Allah harus melakukan pemangkasan karena itulah tugas seorang Bapa yang mengasihi anak-anak-Nya. Dan Dia sangat mengasihi kita. Jadi, pelajaran yang bisa kita tarik di sini adalah, sebagaimana tanaman memiliki petani untuk memangkas mereka, agar mereka menghasilkan lebih banyak buah, demikian juga kita, kita memiliki Bapa Sorgawi yang bertanggung jawab memangkas kita sehingga dengan tinggal di dalam Kristus, kita pun menghasilkan lebih banyak buah.

Buah: prioritas dan apa yang tidak menghasilkan buah

Kita telah belajar bahwa dengan menghasilkan banyak buah, kita memuliakan Allah. Alkitab mengajarkan bahwa untuk melakukan hal itu, kita harus tinggal pada pokok anggur, yaitu memiliki relasi yang intim dengan Tuhan Yesus Kristus. Kita harus memiliki kerinduan yang besar untuk menyenangkan hati Bapa yaitu dengan melakukan apa yang menyenangkan hati-Nya. Apabila ini menjadi tujuan kita, menjadi upaya keras dalam hidup kita, maka akan banyak buah yang dihasilkan. Namun, ini juga berarti Allah dan agenda-Nya harus menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Atau dengan kata lain: apabila ada sesuatu yang berisiko menghalangi kita untuk berbuah, itu merupakan bahaya yang mencoba mengalihkan kita dari Pokok Anggur, dari Kristus, kepada hal-hal lain. Seperti yang Yesus katakan dalam Matius 6:24-34:

Matius 6:24-34
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.""Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Bangsa-bangsa yang tidak percaya, orang-orang yang tidak percaya, mengkhawatirkan apa yang akan mereka makan, minum atau pakai. Ini seharusnya tidak terjadi pada kita. Bagi kita, hal yang utama, prioritas utama kita seharusnya adalah Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.

Pada zaman ini lebih dari kapan pun, ada ratusan hal yang dapat menarik perhatian kita dan bersaing untuk mendapatkan waktu kita. Sekarang ini, lebih dari kapan pun, kepada kita ditawarkan beratus-ratus pilihan. Tidak pernah ada zaman di mana individu dapat memiliki begitu banyak pilihan. Ia dapat menyalakan TV dan memilih di antara ratusan channel. Ia juga dapat pergi ke toko DVD dan memilih di antara ratusan film. Ia dapat menjelajah di internet dan menghabiskan waktunya memilih di antara ribuan website. Tidak pernah ada zaman di mana seseorang dapat memiliki begitu banyak pilihan yang dapat dengan bebas ia ikuti. Namun sebaik apa pun tampaknya itu, semua itu dapat merampas waktu kita. Semua itu berlomba mendapatkan tempat utama dalam urutan prioritas kita. Semua itu berlomba mendapatkan tempat dalam hidup kita. Saya senang menonton film, tetapi apabila saya menonton terlalu banyak, maka waktu saya akan hilang dan akhirnya saya menyesal karena tidak punya cukup waktu untuk bersama dengan Tuhan dan tidak punya cukup waktu untuk melakukan apa yang Allah ingin agar saya lakukan. Saya senang menggunakan internet dan menjelajah dari satu situs ke situs lain untuk melihat apa yang saya sukai. Tetapi apabila saya mencurahkan terlalu banyak waktu saya untuk melakukannya, maka waktu saya tidak ada lagi untuk saya habiskan bersama dengan Tuhan. Saya harus selalu berhati-hati dalam hal ini karena tugas dan kewajiban utama saya, satu-satunya tugas saya yang sangat berharga adalah melayani Tuhan dan hanya Tuhan saja. Karena pada zaman ini tersedia begitu banyak pilihan, lebih dari yang pernah ada, kita harus tanamkan dalam pikiran kita apa yang sesungguhnya menjadi prioritas utama hidup kita, apa yang sesungguhnya menjadi tujuan hidup kita. Dan itu adalah untuk menghasilkan banyak buah bagi kemuliaan Allah Bapa. Tujuan hidup kita adalah mengenal Allah dan memiliki persekutuan yang intim dengan Pokok Anggur, yakni Kristus, dan oleh Dia, kita menghasilkan banyak buah bagi kemuliaan Allah Bapa. Dan tujuan ini tidak pernah berubah, tetap sama, baik sekarang maupun 2000 tahun yang lalu.

Satu hal lagi sebelum saya tutup: Yesus berkata dalam perumpamaan penabur tentang kategori ketiga orang yang mendengarkan Firman Tuhan:

Markus 4:3-4, 7
“Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur ….. sebagian lagi (benih) jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.”

Dan penjelasannya:

Markus 4: 14, 18-19
“Penabur itu menaburkan firman…. Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”

Firman ditaburkan namun benih yang ditaburkan itu menjadi mandul, tidak berbuah. Mengapa? Karena ada hal-hal lain yang masuk dan menghimpit benih yang sangat berharga itu. Apa sajakah hal-hal lain itu? Kekhawatiran dunia, tipu daya kekayaan, dan keinginan-keinginan akan hal yang lain. Semua ini dapat menjadi gangguan atau pengalih dalam hidup kita yang mencuri buah dan dalam kasus ini, mereka bukan mencuri sebagian tetapi semuanya! Pada akhirnya kita semua harus memutuskan siapa yang ingin kita layani dalam hidup ini? Apa yang ingin kita lakukan dengan hidup kita? Apakah kita mau menghabiskan hidup kita untuk berbagai gangguan yang menghalangi kita untuk menghasilkan buah; atau untuk mencari apa yang dunia cari, ataukah kita ingin hidup kita menghasilkan buah, buah yang banyak untuk kemuliaan Tuhan? Apa pilihan Anda? Saya sendiri memutuskan untuk mengambil pilihan yang kedua.

Anastasios Kioulachoglou

 

  Lampiran

Masih banyak ayat-ayat tentang buah, selain yang disebutkan di atas. Berikut ini beberapa ayat yang berbicara tentang subjek yang sama.

Kolose 1:3-10
“Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil, yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya...... Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah,”

Yudas 1:11-12
“Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah. Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri; mereka bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin; mereka bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasilkan buah, pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati sama sekali”

II Petrus 1:5-8
“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.”

Yakobus 3:17-18
“Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.”

Titus 3:13-14
“Tolonglah sebaik-baiknya Zenas, ahli Taurat itu, dan Apolos, dalam perjalanan mereka, agar mereka jangan kekurangan sesuatu apa. Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah.”

Efesus 5:8-11
“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, (karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran), dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.”

Roma 7:4-5
“Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah. Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.”

Roma 6:20-22
“Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.”