Firman Hidup

Allah Turut Bekerja dalam Segala Sesuatu untuk Mendatangkan Kebaikan bagi Mereka yang Mengasihi Dia – Kasus Yusuf (PDF) Versi PDF



Allah Turut Bekerja dalam Segala Sesuatu untuk Mendatangkan Kebaikan bagi Mereka yang Mengasihi Dia – Kasus Yusuf



Dalam Roma 8:28 kita membaca:

Roma 8:28
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Dalam artikel ini, saya ingin membahas aplikasi dari ayat ini dengan mengambil sebuah contoh dari Perjanjian Lama, yaitu Yusuf.

1. Dari Tanah Kanaan ke Mesir

Untuk memulainya, kita akan membaca Kejadian 37. Dimulai dari ayat ke-3 kita membaca:

Kejadian 37:3-11
“Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya. Karena katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini: Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu." Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu. Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku." Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?" Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya.”

Kemudian, dalam Kejadian 42, kita membaca penggenapan mimpi Yusuf mengenai saudara-saudaranya:

Kejadian 42:6, 9
“…Jadi ketika saudara-saudara Yusuf datang, kepadanyalah mereka menghadap dan sujud dengan mukanya sampai ke tanah……. Lalu teringatlah Yusuf akan mimpi-mimpinya tentang mereka…..."

Jelaslah bahwa mimpi Yusuf bersifat profetik. Dengan kata lain, mimpi ini diberikan oleh Allah, yang melaluinya Dia menunjukkan kepada Yusuf apa yang akan terjadi di masa depan, atau beberapa tahun setelah mimpi itu diberikan1. Tampaknya tidak ada yang aneh dengan kejadian seperti ini. Yang mengherankan justru reaksi yang begitu negatif dari saudara-saudara Yusuf setelah mereka mendengar tentang mimpi-mimpi tersebut. Sebelumnya mereka memang telah membenci Yusuf akibat kasih dan perlakuan istimewa yang ayah mereka berikan kepadanya dan mimpi-mimpi ini membuat kebencian mereka semakin memuncak. Bahkan sedemikian bencinya mereka kepada Yusuf, mereka pun tega membuat rencana untuk membunuhnya (Kejadian 37:18), namun pada akhirnya mereka menjual Yusuf kepada beberapa saudagar yang sedang dalam perjalanan mereka menuju Mesir:

Kejadian 37:25-28
“Kemudian duduklah mereka untuk makan. Ketika mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam dan damar ladan, dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir. Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu: "Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita." Dan saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu. Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir.”

Akhirnya kebencian di hati saudara-saudara Yusuf membuat mereka menjual Yusuf sebagai budak ke Mesir, jauh dari ayahnya dan keluarganya. Namun TUHAN selalu menyertai Yusuf:

Kejadian 39:1-6
“Adapun Yusuf telah dibawa ke Mesir; dan Potifar, seorang Mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja, membeli dia dari tangan orang Ismael yang telah membawa dia ke situ. Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu. Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf. Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang. Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apapun selain dari makanannya sendiri.”

Tuhan menyertai Yusuf, memberkati dan membuat segala sesuatu yang dikerjakannya di rumah Potifar berhasil. Melihat hal ini, tuannya memberi Yusuf kuasa atas rumahnya, dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf. Namun, sekali lagi semuanya berubah secara dramatis:

Kejadian 39:6-15, 19-20
“Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya. Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia. Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorangpun tidak ada di rumah. Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar. Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf meninggalkan bajunya dalam tangannya dan telah lari ke luar, dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak dengan suara keras. Dan ketika didengarnya bahwa aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannyalah bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."……Baru saja didengar oleh tuannya perkataan yang diceritakan isterinya kepadanya: begini begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu, maka bangkitlah amarahnya. Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.”

Baru saja stabilitas mulai kembali dalam hidup Yusuf, konspirasi jahat lainnya menimpa Yusuf sehingga ia pun dijebloskan ke dalam penjara. Namun, di sana pun Tuhan menyertai Yusuf serta melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya.

Kejadian 39:20-23
“Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana. Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu. Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil.”

Tuhan menyertai Yusuf, sama seperti Ia menyertainya ketika berada di rumah Potifar dan ketika hidup di tanah Kanaan. Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahinya dengan kasih setia. Namun, mari kita sejenak menempatkan diri kita pada posisi Yusuf. Ia diusir dari rumah ayahnya karena kebencian saudara-saudaranya akibat mimpi-mimpi yang Allah berikan kepadanya. Mereka menjualnya sebagai budak ke Mesir, namun di Mesir pun tuannya, karena ditipu oleh isterinya, menjebloskannya ke dalam penjara. Ia sendirian, menjadi budak dalam penjara di sebuah negeri yang asing. Tentu saja, hal-hal seperti ini bukan sesuatu yang bisa disebut sebagai “berkat”. Namun, Tuhan menyertainya. Ia menyertainya dan melimpahinya dengan kasih setia. Dan, sesungguhnya, inilah yang terpenting. Sebagaimana Yusuf, kita pun mungkin tidak mengerti mengapa kita harus berada di tempat kita ada sekarang dan mengapa harus terjadi apa yang telah terjadi dalam hidup kita. Tetapi, bukan ini yang penting. Yang penting adalah apakah Tuhan menyertai kita. Sebagaimana Dia katakan, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Roma 8:28). Jika kita mengasihi Dia, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan, bahkan dalam hal-hal yang bagi kita tidak tampak “baik”, bahkan dalam hal-hal yang mungkin tidak dapat sepenuhnya kita pahami.

Kembali ke Yusuf, ayat 1-8 dari pasal 40 mengatakan kepada kita:

Kejadian 40:1-8
“Sesudah semuanya itu terjadilah, bahwa juru minuman raja Mesir dan juru rotinya membuat kesalahan terhadap tuannya, raja Mesir itu, maka murkalah Firaun kepada kedua pegawai istananya, kepala juru minuman dan kepala juru roti itu. Ia menahan mereka dalam rumah kepala pengawal raja, dalam penjara tempat Yusuf dikurung. Kepala pengawal raja menempatkan Yusuf bersama-sama dengan mereka untuk melayani mereka. Demikianlah mereka ditahan beberapa waktu lamanya. Pada suatu kali bermimpilah mereka keduanya--baik juru minuman maupun juru roti raja Mesir, yang ditahan dalam penjara itu--masing-masing ada mimpinya, pada satu malam juga, dan mimpi masing-masing itu ada artinya sendiri. Ketika pada waktu pagi Yusuf datang kepada mereka, segera dilihatnya, bahwa mereka bersusah hati. Lalu ia bertanya kepada pegawai-pegawai istana Firaun yang ditahan bersama-sama dengan dia dalam rumah tuannya itu: "Mengapakah hari ini mukamu semuram itu?" Jawab mereka kepadanya: "Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya." Lalu kata Yusuf kepada mereka: "Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku."

"Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi?”, kata Yusuf, dan sesungguhnya, hanya Dialah yang sanggup menerangkan segala sesuatu. Dengan demikian, kedua orang Mesir itu menceritakan kepada Yusuf mimpi mereka dan Yusuf mengatakan artinya kepada mereka. Mimpi-mimpi tersebut ada artinya, dan mimpi-mimpi itu berasal dari Allah (Dialah yang telah menerangkan artinya). Menurut artinya, salah seorang dari kedua pegawai istana itu akan dihukum mati, dan yang lainnya akan mendapatkan kembali jabatannya. Yusuf meminta kepada pegawai istana yang akan memperoleh kembali jabatannya, untuk mengingat dia dan menyebutkan namanya di hadapan Firaun:

Kejadian 40:14-15
“Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sinipun aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan ini."

Namun demikian, begitu juru minuman memperoleh kembali jabatannya, ia pun lupa akan permohonan Yusuf:

Kejadian 40:23
“Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya.”

Sebagai kesimpulan dari pembahasan di atas, kisah Yusuf adalah kisah tentang seorang manusia yang tidak melakukan kejahatan namun dianiaya. Ini adalah kisah tentang seseorang yang untuk waktu yang lama memiliki banyak pertanyaan dalam hatinya namun hanya memiliki sedikit jawaban. Namun Tuhan selalu menyertainya. Saudara-saudaranya menjualnya ke Mesir sebagai budak, karena mereka membencinya oleh karena mimpi yang Allah berikan kepadanya. Tuannya di Mesir menjebloskannya ke penjara, setelah ditipu oleh isterinya, sekalipun yang Yusuf lakukan hanyalah melindunginya. Begitu jabatannya dipulihkan, juru minuman raja melupakannya. Sulit dipahami apa kebaikan dari semua ini dan apa alasan semua kejadian ini harus dialami oleh orang yang saleh ini. Namun demikian, sekalipun ia mungkin tidak mengerti, ia percaya kepada Allah. Ia tidak berbuat dosa ketika berada di rumah Potifar karena ia takut akan Allah. Dengan berani ia menyebutkan tentang kuasa Allah kepada kedua orang Mesir itu dan dengan kuasa Roh-Nya ia menafsirkan mimpi mereka. Kekurangpahaman Yusuf tidak mengurangi kepercayaannya kepada Allah. Mungkin Anda pun tidak mengerti alasan mengapa hal-hal tertentu terjadi dalam hidup Anda, namun jangan biarkan kekurangmengertian Anda menjadi penghalang iman Anda, karena: Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Yakinlah bahwa hal ini berlaku bagi Anda seperti juga hal ini berlaku bagi Yusuf.

2. Yusuf: dari penjara ke istana.

Selanjutnya, Pasal 41 menceritakan kepada kita mimpi yang lain, yang kali ini dialami oleh Firaun:

Kejadian 41:1-14
“Setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun, bahwa ia berdiri di tepi sungai Nil. Tampaklah dari sungai Nil itu keluar tujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk badannya; lalu memakan rumput yang di tepi sungai itu. Kemudian tampaklah juga tujuh ekor lembu yang lain, yang keluar dari dalam sungai Nil itu, buruk bangunnya dan kurus badannya, lalu berdiri di samping lembu-lembu yang tadi, di tepi sungai itu. Lembu-lembu yang buruk bangunnya dan kurus badannya itu memakan ketujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk itu. Lalu terjagalah Firaun. Setelah itu tertidur pulalah ia dan bermimpi kedua kalinya: Tampak timbul dari satu tangkai tujuh bulir gandum yang bernas dan baik. Tetapi kemudian tampaklah juga tumbuh tujuh bulir gandum yang kurus dan layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu menelan ketujuh bulir yang bernas dan berisi tadi. Lalu terjagalah Firaun. Agaknya ia bermimpi! Pada waktu pagi gelisahlah hatinya, lalu disuruhnyalah memanggil semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir. Firaun menceritakan mimpinya kepada mereka, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya kepadanya. Lalu berkatalah kepala juru minuman kepada Firaun: "Hari ini aku merasa perlu menyebutkan kesalahanku yang dahulu. Waktu itu tuanku Firaun murka kepada pegawai-pegawainya, dan menahan aku dalam rumah pengawal istana, beserta dengan kepala juru roti. Pada satu malam juga kami bermimpi, aku dan kepala juru roti itu; masing-masing mempunyai mimpi dengan artinya sendiri. Bersama-sama dengan kami ada di sana seorang muda Ibrani, hamba kepala pengawal istana itu; kami menceritakan mimpi kami kepadanya, lalu diartikannya kepada kami mimpi kami masing-masing. Dan seperti yang diartikannya itu kepada kami, demikianlah pula terjadi: aku dikembalikan ke dalam pangkatku, dan kepala juru roti itu digantung." Kemudian Firaun menyuruh memanggil Yusuf. Segeralah ia dikeluarkan dari tutupan; ia bercukur dan berganti pakaian, lalu pergi menghadap Firaun.”

Dua tahun telah berlalu sampai juru minuman akhirnya ingat kepada Yusuf. Mungkin ada orang yang bertanya: “Mengapa ia tidak ingat kepada Yusuf sebelumnya dan mengapa 2 tahun harus berlalu dengan Yusuf tetap berada dalam penjara?” Namun, jawabannya sederhana: karena ini adalah kehendak Allah. Kita hidup di zaman yang menginginkan segala sesuatu dilakukan dengan cepat. Di lain pihak, Allah ingin segala sesuatu dilakukan dengan cara terbaik, dan cepat tidak selalu merupakan yang terbaik. Oleh karena itu, dua tahun harus berlalu dengan Yusuf tetap berada dalam penjara sampai Firaun mendapatkan mimpi yang berasal dari Tuhan. Sebagaimana dikatakan Yusuf kemudian, ketika ia menafsirkan mimpi itu, “Allah telah memberitahukan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya” (Kejadian 41:25). Allahlah yang telah memilih waktu yang tepat untuk memberikan mimpi itu kepada Firaun. Kembali ke belakang, Allahlah yang dua tahun yang lalu memberikan mimpi kepada pegawai Firaun dan Dialah yang memberikan arti mimpi itu kepada mereka melalui Yusuf. Allahlah yang membawa Yusuf ke rumah Potifar and Dialah yang mengizinkan hal-hal yang terjadi di sana dan yang akhirnya membawa Yusuf ke penjara yang spesifik2. Allahlah yang memberikan kedua mimpi sebelumnya kepada Yusuf yang membuat saudara-saudaranya begitu membencinya sehingga mereka pun menjualnya ke Mesir. Mungkin sedikit demi sedikit, kita mulai dapat memahami rencana Allah dan kita akan semakin memahaminya tatkala kita membaca lebih jauh lagi.

Jadi Yusuf, melalui Roh Allah, menjelaskan arti mimpi itu kepada Firaun. Mesir akan mengalami tujuh tahun masa panen yang berlimpah. Namun, masa ini akan segera diikuti oleh tujuh tahun masa kelaparan. Yusuf juga mengatakan kepada Firaun bagaimana cara untuk menangani keadaan ini. Pada akhirnya:

Kejadian 41:37-45
“Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?" Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu." Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir." Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya. Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf: "Hormat!" Demikianlah Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir. Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu, seorangpun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir." Lalu Firaun menamai Yusuf: Zafnat-Paaneah, serta memberikan Asnat, anak Potifera, imam di On, kepadanya menjadi isterinya. Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.”

Hanya dalam waktu beberapa menit, Yusuf diubahkan dari seorang budak dalam penjara menjadi seorang mangkubumi. Ia diangkat menjadi pemegang kuasa kedua atas seluruh tanah Mesir! Ini tidak terjadi secara bertahap, tetapi dengan sangat cepat. Jika saat ini Anda sedang berada dalam situasi yang tidak menyenangkan, dalam situasi yang darinya Anda ingin membebaskan diri, Allah sanggup untuk membebaskan Anda dari situasi tersebut. Dia sanggup melakukannya dengan cepat, membalikkan situasi hanya dalam waktu sesaat. Allah memiliki kuasa untuk melakukannya dan Dia akan melakukannya pada waktu yang tepat. Waktu yang tepat ini telah tiba bagi Yusuf. Ia telah mengalami banyak hal dalam hidupnya tetapi Allah selalu menyertainya. Semua hal yang ia alami bukanlah kebetulan. Sebaliknya, semua itu adalah bagian dari rencana Allah yang akhirnya membawa Yusuf ke hadapan Firaun. Tanpa melihat akhirnya (dan kita belum melihat semuanya), akan sangat sulit bagi kita untuk memahami bagaimana peristiwa yang dialami Yusuf merupakan kebaikan. Mungkin Yusuf pun mengalami kesulitan yang sama. Tanpa melihat akhirnya, ia mungkin kesulitan untuk memahami, namun ia tidak kesulitan untuk percaya. Mungkin sulit untuk kita mengerti mengapa sesuatu terjadi, namun janganlah kita sulit untuk percaya…. untuk memercayai apa yang Firman Tuhan katakan, yaitu bahwa dalam segala sesuatu yang kita alami sekarang: Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, baik kita memahaminya atau tidak.

Kembali ke Yusuf, kenaikannya menjadi pemegang kuasa kedua atas seluruh Mesir, bukan merupakan akhir dari rencara Allah. Ketika tujuh tahun kelaparan terjadi, keadaan ini pun menimpa daerah di mana keluarganya tinggal:

Kejadian 41:56-57, 42:1-3, 6-9
“Kelaparan itu merajalela di seluruh bumi. Maka Yusuf membuka segala lumbung dan menjual gandum kepada orang Mesir, sebab makin hebat kelaparan itu di tanah Mesir. Juga dari seluruh bumi datanglah orang ke Mesir untuk membeli gandum dari Yusuf, sebab hebat kelaparan itu di seluruh bumi. Setelah Yakub mendapat kabar, bahwa ada gandum di Mesir, berkatalah ia kepada anak-anaknya: "Mengapa kamu berpandang-pandangan saja?" Lagi katanya: "Telah kudengar, bahwa ada gandum di Mesir; pergilah ke sana dan belilah gandum di sana untuk kita, supaya kita tetap hidup dan jangan mati."……. Lalu pergilah sepuluh orang saudara Yusuf untuk membeli gandum di Mesir. Sementara itu Yusuf telah menjadi mangkubumi di negeri itu; dialah yang menjual gandum kepada seluruh rakyat negeri itu. Jadi ketika saudara-saudara Yusuf datang, kepadanyalah mereka menghadap dan sujud dengan mukanya sampai ke tanah. Lalu teringatlah Yusuf akan mimpi-mimpinya tentang mereka. Berkatalah ia kepada mereka: "Kamu ini pengintai, kamu datang untuk melihat-lihat di mana negeri ini tidak dijaga."

Beberapa tahun sebelumnya, Allah memberi dua mimpi kepada Yusuf, di mana saudara-saudaranya sujud kepadanya. Kedua mimpi inilah yang membuat mereka semakin membenci Yusuf sehingga mereka pun menjualnya ke Mesir. Sejak peristiwa tersebut, baru sekaranglah, yaitu pada saat mimpi itu digenapi, mereka bertemu kembali. Namun Yusuf tidak segera menyingkapkan dirinya kepada mereka. Sebaliknya, ia berpura-pura tidak mengenali mereka, dan menuduh mereka sebagai pengintai. Kemudian setelah menahan mereka selama tiga hari, Yusuf memanggil mereka kembali dan meminta mereka untuk pulang dan membawa Benyamin ke Mesir, sementara ia menahan salah seorang dari mereka di Mesir sampai mereka kembali. Hal ini menyedihkan hati saudara-saudara Yusuf dan mereka menganggap apa yang mereka lakukan kepada Yusuf beberapa tahun yang lalu sebagai penyebab apa yang mereka alami sekarang. Kemudian, tanpa mengetahui bahwa Yusuf telah mengenali mereka, mereka pun mengakui kesalahan mereka atas apa yang pernah mereka lakukan dahulu kepada Yusuf:

Kejadian 42:21-24
“Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita." Lalu Ruben menjawab mereka: "Bukankah dahulu kukatakan kepadamu: Janganlah kamu berbuat dosa terhadap anak itu! Tetapi kamu tidak mendengarkan perkataanku. Sekarang darahnya dituntut dari pada kita." Tetapi mereka tidak tahu, bahwa Yusuf mengerti perkataan mereka, sebab mereka memakai seorang juru bahasa. Maka Yusuf mengundurkan diri dari mereka, lalu menangis.”

Kali terakhir Yusuf melihat saudara-saudaranya adalah ketika mereka menjualnya ke Mesir beberapa tahun yang lalu. Kali berikutnya mereka bertemu adalah pada saat dipenuhinya mimpi Yusuf, yang karenanya mereka menjualnya, serta diakuinya oleh mereka kejahatan yang telah mereka lakukan terhadap Yusuf. Sekarang Yusuf tahu bahwa saudara-saudaranya sudah bertobat: mereka mengakui kejahatan mereka di hadapannya! Sungguh luar biasa bagaimana Allah merancangkan semuanya, di mana luka dan kesalahpahaman yang berlangsung selama bertahun-tahun dapat disembuhkan hanya dalam beberapa saat!

Kembali ke Yusuf, ia menahan Simeon, sementara saudara-saudaranya kembali ke Kanaan untuk membawa Benyamin. Setelah mereka membawa Benyamin, Yusuf mengizinkan mereka pulang, tetapi dengan cepat memaksa mereka kembali kepadanya dengan cara menuduh mereka mencuri piala perak, yang sengaja disembunyikannya di mulut karung milik Benyamin (Kejadian 44:2). Dengan tuduhan tersebut, ia meminta Benyamin untuk tetap tinggal di Mesir sebagai budak. Mendengar ini, “sujudlah mereka sampai ke tanah di depannya”, mereka memohon belas kasihan Yusuf bagi Benyamin (Kejadian 44:14-34). Kemudian kita membaca:

Kejadian 45:1-8
“Ketika itu Yusuf tidak dapat menahan hatinya lagi di depan semua orang yang berdiri di dekatnya, lalu berserulah ia: "Suruhlah keluar semua orang dari sini." Maka tidak ada seorangpun yang tinggal di situ bersama-sama Yusuf, ketika ia memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya. Setelah itu menangislah ia keras-keras, sehingga kedengaran kepada orang Mesir dan kepada seisi istana Firaun. Dan Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: "Akulah Yusuf! Masih hidupkah bapa?" Tetapi saudara-saudaranya tidak dapat menjawabnya, sebab mereka takut dan gemetar menghadapi dia. Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: "Marilah dekat-dekat." Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: "Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. KARENA telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu UNTUK menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.”

dan Kejadian 50:20
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, DENGAN MAKSUD melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”

Dalam ayat di atas, saya menggunakan huruf kapital untuk kata-kata “karena”, “untuk”, dan “dengan maksud”. Kata-kata ini merupakan kata-kata yang menerangkan jawaban. Kata-kata ini digunakan untuk menjawab pertanyaan “mengapa”. Jadi, tiba waktunya jawaban diberikan. Tiba waktunya rencana Allah mengenai Yusuf dan misinya ke Mesir, digenapi sepenuhnya. Ini adalah rencana yang sama yang dimulai beberapa tahun yang lalu di Kanaan, melalui diberikannya dua mimpi kepada Yusuf yang menyebabkan dia begitu dibenci oleh saudara-saudaranya sehingga mereka menjualnya ke Mesir. Namun, saudara-saudaranya serta tindakan mereka telah Allah pergunakan sebagai alat untuk menjadikan kehendak-Nya terlaksana. Allahlah yang telah mengirim Yusuf ke Mesir dan bukan saudara-saudaranya. Allahlah yang telah menempatkan Yusuf di rumah Potifar dan memberi Yusuf kasih karunia di hadapan Potifar, dan Allahlah yang membuat Yusuf keluar dari rumah Potifar dan masuk ke dalam penjara. Allahlah yang memberikan mimpi kepada dua pejabat Firaun dan penafsiran mimpi itu melalui Yusuf. Allahlah yang dua tahun kemudian memberikan mimpi kepada Firaun, dan yang melalui juru minuman raja, membawa Yusuf ke istana. Allahlah yang memberikan penafsiran mimpi itu kepada Yusuf dan Dialah yang menjadikan Yusuf pemegang kuasa kedua di Mesir. Allahlah yang membawa saudara-saudara Yusuf ke Mesir dan yang membuat mereka mengakui kesalahan mereka di hadapan Yusuf. Allahlah yang memelihara hidup bangsa Israel. Sesungguhnya, bangsa Israel baru meninggalkan Mesir setelah mereka tinggal di sana selama beberapa abad, dan mereka meninggalkannya dengan cara yang Allah gambarkan dalam kitab Keluaran. Allah memiliki rencana-rencana-Nya sendiri bagi bangsa Israel dan semua yang terjadi pada Yusuf adalah untuk kebaikan, sekalipun dari sejak semula hal itu mungkin tidak tampak dan sekalipun seluruh rencana itu digenapi dan hanya dapat dipahami sepenuhnya setelah beberapa tahun kemudian.

Anastasios Kioulachoglou



Catatan kaki

1. Dalam Kejadian 37:2, Yusuf berumur 17 tahun, sementara dalam Kejadian 42:6, ketika mimpi-mimpi terlaksana, ia mungkin berumur 39 tahun (ia berumur 30 tahun “ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir itu” (Kejadian 41:46) dan tahun ketika saudara-saudaranya pergi untuk kedua kalinya ke Mesir adalah tahun kedua masa kelaparan (Kejadian 45:6)).

2. Penjara ini adalah penjara yang dikhususkan sebagai “tempat tahanan-tahanan raja dikurung” (Kejadian 39:20). Itulah sebabnya, juru minuman raja dan juru roti raja dibawa ke sana.